Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bestian Nainggolan

Peneliti senior Litbang Kompas, bergulat dalam penyelenggaraan survei opini publik sejak 1995. Lulusan Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Peluang Andika, Gatot, dan Moeldoko sebagai Capres Menurut Survei…

Kompas.com - 09/11/2021, 07:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

Sedemikian tingginya citra yang terbentuk, membuka ruang lebar bagi kepemimpinan. Begitu pula, mengacu pada hasil survei dua tahun sebelumnya menunjukkan jika tiga perempat responden menoleransikan kepemimpinan yang berlatar militer.

Hanya saja, citra TNI yang sedemikian tinggi itu belum banyak berelasi pada ketertarikan publik pada kehadiran para tokoh militer saat ini.

Kehadiran Gatot Nurmantyo dalam peta persaingan calon presiden, misalnya, sudah sejak Pemilu 2019 ternominasikan.

Popularitasnya sebagai calon presiden tergolong tinggi, dan masih bertahan hingga ia mengakhiri jabatan panglima TNI (2017).

Baca juga: Prabowo-Puan Dideklarasikan Maju Capres-Cawapres 2024, Ini Kata Gerindra

Namun, popularitas yang tinggi tidak diimbangin oleh derajat elektabilitasnya. Berbagai hasil survei menunjukkan tingkat keterpilihan Gatot tidak mampu mencapai papan atas persaingan.

Saat ini, sosok Gatot Nurmantyo memang masih menjadi bagian dari preferensi publik sebagai calon presiden.

Hanya, sepanjang tahun 2021 ini, proporsi pendukung yang masih merujuk dirinya sebagai presiden kurang signifikan. Baik pada hasil survei Litbang Kompas maupun survei yang dilakukan oleh SMRC, hanya berkisar pada proporsi 1-2 persen.

Kondisi yang kurang lebih mirip dihadapi Moeldoko. Popularitasnya belum mampu terkonversi menjadi sosok yang didukung publik sebagai calon presiden.

Berdasarkan hasil survei, sepanjang tahun 2021 ini, derajat keterpilihan Moeldoko tetap bertengger pada proporsi 1 persen.

Khusus terhadap Jenderal Andika, bisa jadi berpeluang sama. Namun, dengan momentum yang ia miliki saat ini, dapat pula sebaliknya.

Sebelum namanya dinominasikan sebagai Panglima TNI, tidak cukup kuat pula sosoknya tampil sebagai rujukan publik. Survei SMRC di bulan Mei dan September 2021 lalu misalnya, menempatkan Andika pada kelompok yang didukung 1 persen responden.

Sosoknya belum kuat tertanam sebagai top of mind publik. Elaborasi terhadap survei ini, hingga survei bulan September, baru sebanyak 24 persen yang mengetahui sosok Andika. Dari sejumlah itu, tidak kurang dari dua pertiganya mengaku menyukai sosoknya.

Setelah menjadi Panglima TNI, tentu saja popularitasnya kian membubung. Tingkat keterpilihannya pun potensial meningkat.

Namun, tampaknya waktu kepemimpinan yang dimiliki relatif singkat. Setahun setelah masa jabatannya, Andika mengakhiri tugas kemiliterannya.

Di saat itu, ia pun harus mampu membuktikan kepiawaian profesionalitas kepemimpinan yang tidak beraroma politik.

Dengan keterbatasan semacam itu, akan melonjakkah dukungan diraih? Tidak sabar rasanya menunggu hasil survei mendatang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com