Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Luhut Saat Indonesia Belum Punya Fasilitas PCR di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 08/11/2021, 15:08 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyinggung kondisi Indonesia ketika tak memiliki fasilitas penyedia tes polymerase chain reaction (PCR) untuk menangani pandemi Covid-19.

Dia menyebut kondisi tersebut sangat sulit karena Indonesia juga tidak memiliki reagen sebagai penunjang tes PCR.

Dia mengharapkan agar industri alat kesehatan ke depannya bisa diadakan di dalam negeri agar kondisi seperti itu tidak terulang lagi.

"Jangan terjadi seperti kemarin PCR kita tidak punya, reagen-nya kita juga tak punya, alatnya sangat terbatas. Sehingga kita benar-benar kesulitan waktu itu," ujar Luhut dalam sambutan secara virtual pada acara Forum Ketahanan dan Kemandirian Industri Sediaan Farmasi yang ditayangkan YouTube Kementerian Kesehatan, Senin (8/11/2021).

Baca juga: Dilaporkan ke KPK Karena Dituding Punya Bisnis PCR, Luhut Tak Gentar

Dia lalu menyinggung kondisi negara-negara di dunia yang saat ini sudah mengandalkan produk dalam negeri mereka untuk alat kesehatan, obat, maupun vaksin.

Berkaca dari dua hal tersebut, menurutnya saat ini pemerintah telah memutuskan bahwa harus membeli barang hasil industri kesehatan dalam negeri.

"Sekali lagi ini utuk mengurangi ketergantungan kita terhadap impor, yang kalau terjadi masalah seperti kemarin kita tidak menjadi kesulitan," ungkap Luhut.

"Kita sudah mengalami betapa pahitnya kalau kemandirian kesehatan ini tidak ada. Khususnya menghadapi keadaan seperti Covid-19," katanya.

Baca juga: Luhut Sebut RI Negosiasi Dapatkan Lisensi Pil Covid-19 Molnupiravir

Apalagi ketika varian Delta menyerang India dan China. Dua negara tempat Indonesia mengimpor alat kesehatan dan vaksin pun seolah tutup mata terhadap perjanjian dan permintaan Indonesia.

"Pengalaman yang paling pahit ini, adalah saat India terkena gelombang varian delta dan China melaksanakan vaksinasi secara masif, sehingga kita sulit memperoleh suplai vaksin meskipun sudah ada perjanjian penjadwalan pengiriman vaksin Covid-19," katanya.

"Sehingga kita harus membangun industri dalam negeri untuk menangani sektor kesehatan ini. Tak bisa hanya mengandalkan suplai dari luar Kalau ke depannya pandemi ini terjadi lagi kita tidak keteteran seperti kemarin. Produksi dalam negeri akan menjadi prioritas kita," jelas Luhut.

Baca juga: Saat Luhut dan Erick Thohir Dilaporkan ke KPK Terkait Bisnis PCR

Luhut melanjutkan, Presiden Joko Widodo telah memintanya bersama sejumlah menteri terkait untuk membawa industri obat, vaksin dan alat kesehatan agar bisa diproduksi di Indonesia.

Oleh karenanya, baru-baru ini Luhut bertemu dengan perwakilan sejumlah perusahaan farmasi, antara lain Merck, Pfizer dan Johnson n Johnson.

"Kami mengundang mereka utuk berinvestasi di Indonesia di dalam bidang farmasi. Terutama (investasi) untuk obat dan vaksin (Covid-19) yang utamanya dibutuhkan dalam jumlah besar di Indonesia," ujar Luhut.

"Dan itu mendapat respons yang baik dan sekarang pembicaraan kita sudah pada tahap-tahap yang berlanjut," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com