JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Bobby Adhityo Rizaldi mengatakan, dugaan bahwa diusungnya Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa sebagai calon tunggal Panglima TNI agar pemilihan panglima selanjutnya tidak berdekatan dengan agenda Pemilu 2024 hanyalah spekulasi.
Yang pasti, katanya, Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih menantu Eks Kepala BIN Hendropriyono itu adalah untuk berperan sebagai game changer di kawasan ASEAN-Australia.
"Terus terang kalau itu kan behind the scene-nya kenapa surat itu keluar akhirnya mengusulkan Pak Andika, ya mungkin saya tidak berspekulasi," kata Bobby dalam diskusi virtual yang disiarkan dalam akun YouTube medcom.id, Minggu (7/11/2021).
"Tapi saya rasa, pemilihan tersebut bukan karena ada ilmu cocokologi. Tapi ini berkaitan dengan adanya game changer di daerah kawasan kita ini," sambungnya.
Baca juga: Jenderal Andika Disebut akan Gunakan Pendekatan Humanis dan Non Militer Selesaikan Konflik Papua
Ketegangan yang dimaksud politisi Golkar itu adalah perkembangan geopolitik kerja sama pertahanan AUKUS yang dibentuk Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
AUKUS juga diketahui mendukung pembangunan kapal selam nuklir Australia.
"Lalu juga potensi naiknya eskalasi di Laut Natuna," ujarnya.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Indonesia dinilai perlu seorang panglima yang mampu berkomunikasi ke AUKUS.
Panglima juga diharapkan mampu berkomunikasi politik pertahanan dengan militer AS dan China yang masih saja bersitegang di Laut China Selatan.
"Dan ini saya rasa salah satu pertimbangan yang relevan terhadap usulan ke Bapak Andika Perkasa. Selain kalau kita lihat rekam jejaknya, semuanya berkompeten," jelasnya.
Baca juga: Bakal Prioritaskan Tugas TNI Sesuai UU, Jenderal Andika: Kita Enggak Bisa Lagi Seenaknya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.