JAKARTA, KOMPAS.com -Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menanggapi kasus perundungan yang dilakukan seorang guru kepada muridnya di Bau Bau, Sulawesi Tenggara.
Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar mengatakan, guru merupakan sosok paling dekat dengan anak setelah orangtua dan teman sebaya.
Selain mengajar, guru diharuskan memahami ilmu yang berhubungan dengan perkembangan peserta didik atau muridnya.
"Untuk itu penting bagi guru untuk benar-benar memahami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan perkembangan seorang peserta didik, fase-fase perkembangannya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik, termasuk mencegah segala bentuk kekerasan terhadap anak," ujar Nahar kepada Kompas.com, Rabu (3/11/2021).
Nahar mengatakan, kepiawaian guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar anak baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sikap guru juga memiliki pengaruh atau dampak yang besar pada kondisi psikologis anak.
Terlebih, anak banyak menghabiskan waktu belajar dan berinteraksi dengan guru di sekolah.
"Guru harus mampu menjadi contoh sikap, pola berpikir dan pengaturan emosi yang baik, termasuk berkata-kata dan berperilaku yang baik," kata dia.
Menurut Nahar, kata-kata atau perilaku kurang baik yang ditunjukkan oleh guru kepada muridnya akan membuat anak melakukan labeling pada diri mereka.
Baca juga: Guru SMP yang Diduga Aniaya Siswa hingga Tewas Dijerat UU Perlindungan Anak
Labeling tersebut nantinya akan membenarkan dan melanjutkan pemikiran dan sikap tersebut pada masa mendatang.
"Misalnya, guru mengatakan 'kamu bodoh, kamu tidak bisa mengerjakan apa pun', maka anak akan menjadikan itu sebegai jati dirinya. Dampak lebih jauh lagi akan berdampak pada prestasi belajarnya," ujar Nahar.
Selain itu, kata dia, perilaku atau cara guru memperlakukan anak juga berpengaruh pada kepercayaan dan rasa aman anak berada di sekolah.
Perilaku guru yang membuat anak tidak nyaman, akan berisiko menempatkan anak pada situasi yang membahayakan.
Misalnya, anak melakukan perilaku menyimpang seperti merokok, narkotika, menjadi pelaku perundungan, atau perilaku salah lainnya.
"Karena tidak nyaman berada di sekolah atau anak terjebak terus menerus menjadi korban kekerasan/bullying/perilaku salah lainnya karena tidak berani melaporkan kejadian yang menimpanya kepada guru karena takut atau tidak percaya," ujar dia.
Kementerian PPPA sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pencegahan kekerasan anak di sekolah.
Antara lain melalui Program Sekolah Ramah Anak dan Program Guru Cerdas (Cakap, Empati, Rasional, Disiplin dan Aspiratif melalui Penerapan Disiplin Positif.
"Beberapa indikator di Sekolah Ramah Anak menekankan agar guru tidak melakukan kekerasan terhadap anak didik di sekolah," kata Nahar.
Baca juga: Kementerian PPPA: Pelayanan bagi Korban Kekerasan Harus Terus Dilakukan
Sementara Program Guru Cerdas melalui Penerapan Disiplin Positif, diharapkan menjadi muatan untuk mendukung terwujudnya Sekolah Ramah Anak.
Dalam program tersebut, guru dibina agar mampu memahami tahapan perkembangan anak, perilaku yang dapat mendukung dan menghambat pertumbuhan anak dalam aspek pendidikan dan kehidupan sehari-harinya, hingga perilaku yang mengarah pada kekerasan terhadap peserta didik.
"Harapannya guru dapat mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak baik yang dilakukan oleh sesama peserta didik ataupun oleh guru itu sendiri," ujar dia.
Adapun terkait kasus perundungan di Bau Bau tersebut, Nahar mengatakan bahwa pihaknya mendapat laporan melalui pesan WhatsApp.
Kementerian PPPA juga sudah meminta penjelasan kasus itu ke layanan PPA di Bau Bau dan masih menunggu laporan lengkapnya.
Sebelumnya diberitakan, sebuah video perundugan atau bullying yang diduga dilakukan seorang guru kelas terhadap seorang siswinya di sekolah dasar di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, viral di media sosial, Sabtu (30/10/2021).
Diduga guru berinsial AS, merekam seorang siswinya berdiri dan menangis di depan kelas karena tak bisa menjawab soal di papan tulis.
"Yang penting tidak ada yang ganggu toh? nanti sebentar saya sebarkan di WA group ini. Disuruh kerjakan di papan (tulis), tidak tahu menangis, supaya ditahu mamanya. Saya kirim di WA," kata suara AS, yang terekam dalam video tersebut, Sabtu (30/10/2021).
Bukan itu saja, guru AS juga mengajak siswa kelas lainnya untuk memberitahu siswi untuk terus menangis. Ajakan guru tersebut kemudian diikuti siswa lainnya.
Diketahui video dengan durasi 1 menit 8 detik tersebut terjadi di Sekolah Dasar Negeri 4 Kota Baubau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.