Misalnya, anak melakukan perilaku menyimpang seperti merokok, narkotika, menjadi pelaku perundungan, atau perilaku salah lainnya.
"Karena tidak nyaman berada di sekolah atau anak terjebak terus menerus menjadi korban kekerasan/bullying/perilaku salah lainnya karena tidak berani melaporkan kejadian yang menimpanya kepada guru karena takut atau tidak percaya," ujar dia.
Kementerian PPPA sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pencegahan kekerasan anak di sekolah.
Antara lain melalui Program Sekolah Ramah Anak dan Program Guru Cerdas (Cakap, Empati, Rasional, Disiplin dan Aspiratif melalui Penerapan Disiplin Positif.
"Beberapa indikator di Sekolah Ramah Anak menekankan agar guru tidak melakukan kekerasan terhadap anak didik di sekolah," kata Nahar.
Baca juga: Kementerian PPPA: Pelayanan bagi Korban Kekerasan Harus Terus Dilakukan
Sementara Program Guru Cerdas melalui Penerapan Disiplin Positif, diharapkan menjadi muatan untuk mendukung terwujudnya Sekolah Ramah Anak.
Dalam program tersebut, guru dibina agar mampu memahami tahapan perkembangan anak, perilaku yang dapat mendukung dan menghambat pertumbuhan anak dalam aspek pendidikan dan kehidupan sehari-harinya, hingga perilaku yang mengarah pada kekerasan terhadap peserta didik.
"Harapannya guru dapat mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak baik yang dilakukan oleh sesama peserta didik ataupun oleh guru itu sendiri," ujar dia.
Adapun terkait kasus perundungan di Bau Bau tersebut, Nahar mengatakan bahwa pihaknya mendapat laporan melalui pesan WhatsApp.
Kementerian PPPA juga sudah meminta penjelasan kasus itu ke layanan PPA di Bau Bau dan masih menunggu laporan lengkapnya.
Sebelumnya diberitakan, sebuah video perundugan atau bullying yang diduga dilakukan seorang guru kelas terhadap seorang siswinya di sekolah dasar di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, viral di media sosial, Sabtu (30/10/2021).
Diduga guru berinsial AS, merekam seorang siswinya berdiri dan menangis di depan kelas karena tak bisa menjawab soal di papan tulis.
"Yang penting tidak ada yang ganggu toh? nanti sebentar saya sebarkan di WA group ini. Disuruh kerjakan di papan (tulis), tidak tahu menangis, supaya ditahu mamanya. Saya kirim di WA," kata suara AS, yang terekam dalam video tersebut, Sabtu (30/10/2021).
Bukan itu saja, guru AS juga mengajak siswa kelas lainnya untuk memberitahu siswi untuk terus menangis. Ajakan guru tersebut kemudian diikuti siswa lainnya.
Diketahui video dengan durasi 1 menit 8 detik tersebut terjadi di Sekolah Dasar Negeri 4 Kota Baubau.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.