JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menjadi salah satu pembicara pada World Leaders Summit on Forest and Land Use yang digelar di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021)
Dalam forum tersebut, Jokowi mengeklaim bahwa Indonesia berhasil dalam pengelolaan iklim karena RI menempatkan aksi iklim dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
"Deforestasi hutan di Indonesia juga mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir. Ini dilakukan saat dunia tahun lalu kehilangan 12 persen lebih banyak hutan primer dibanding tahun sebelumnya dan ketika banyak negara justru mengalami kebakaran hutan dan lahan terbesar sepanjang sejarah," kata Jokowi dalam tayangangan YouTube Sekretariat Presiden.
Ia mengatakan, pengelolaan iklim di Tanah Air dilakukan melalui pertimbangan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial.
"Kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan harus memadukan pertimbangan lingkungan dengan ekonomi dan sosial. Kemitraan dengan masyarakat juga diutamakan,” ucap dia.
Baca juga: Bertemu PM Slovenia, Jokowi Curhat soal Diskriminasi Uni Eropa terhadap Kelapa Sawit Indonesia
Di hadapan para pemimpin dunia, Jokowi menjelaskan bahwa program perhutanan sosial di Indonesia bertujuan untuk konservasi hutan serta penghidupan masyarakat sekitar.
Hal ini penting lantaran 34 persen dari seluruh desa di Indonesia berada di perbatasan atau di dalam kawasan hutan.
“Jutaan masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor kehutanan. Menafikan hal ini bukan saja tidak realistis, namun juga tidak akan sustainable,” ujar Jokowi.
Ia menyebutkan, 90 persen penduduk dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem bergantung pada hutan.
Oleh karena itu, kata dia, penyalahgunaan isu perubahan iklim sebagai hambatan perdagangan merupakan kesalahan besar.
“Hal itu akan menggerus trust terhadap kerja sama internasional atasi climate change, dan malah menghalangi pembangunan berkelanjutan yang justru sangat dibutuhkan,” kata Jokowi.
Baca juga: Bertemu Joe Biden, Jokowi Bahas Kerja Sama Kesehatan hingga Investasi Energi
Jokowi menilai bahwa pengelolaan hutan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi satu-satunya pilihan.
Indonesia, kata dia, siap berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk itu.
"Mari kita kelola hutan yang pro-environment, pro-development, dan people-centered," kata Jokowi.
"Ini adalah tujuan utama dari Forest, Agriculture and Commodity Trade Dialogue atau FACT Dialogue, yang diketuai bersama Indonesia bersama Inggris sehingga hutan akan menjadi solusi berkelanjutan bagi aksi iklim global,” tutur dia.
Sebelumnya, pada KTT Pemimpin Dunia COP26 Presiden Jokowi mengumumkan bahwa sektor kehutanan dan lahan Indonesia akan mencapai net carbon sink (penyerapan bersih karbon) pada 2030.
“Capaian nyata Indonesia di sektor kehutanan tidak terbantahkan. Pada tahun 2020, tingkat kebakaran hutan diminimalisir hingga 82 persen,” kata dia.
Baca juga: Jokowi Bertemu Biden di Sela-sela COP26 Glasgow, Minta Junta Myanmar Bebaskan Tahanan Politik
Selain itu, kata Jokowi, pada tahun 2019 penurunan emisi dari hutan dan tata guna lahan berhasil ditekan hingga 40,9 persen dibandingkan tahun 2015.
Deforestasi hutan Indonesia juga mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Ini dilakukan saat dunia tahun lalu kehilangan 12 persen lebih banyak hutan primer dibanding tahun sebelumnya dan ketika banyak negara maju justru mengalami kebakaran hutan dan lahan yang terbesar sepanjang sejarah,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.