SUDI Silalahi meninggal pada Senin (25/10/2021) menjelang tengah malam. Dia antara lain pernah menjadi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya menjadi anggota kabinet, Sudi juga adalah orang dekat SBY sejak mereka masih sama-sama menjadi taruna dan lalu aktif di militer.
Saat Sudi menulis biografi berjudul Jenderal Batak dari Tanah Jawa pada 2011, misalnya, SBY bahkan sampai merasa harus memberi pengantar sekalipun Sudi mengaku tak hendak merepotkan dengan meminta itu.
Baca juga: Mensesneg Era SBY, Sudi Silalahi, Tutup Usia
Seperti dikutip J Osdar lewat harian Kompas edisi 3 Oktober 2011, pengantar SBY di buku Sudi berjudul Pekerja Keras, Relijius, dan Setia.
Di situ, SBY bertutur perkenalannya dengan Sudi memutar balik waktu hingga ke 1971.
”Waktu itu saya seorang sersan taruna, sedangkan Mas Sudi sudah berpangkat sersan mayor dua taruna, satu tingkat lebih tinggi dari pangkat saya," tulis SBY.
Sosok Sudi langsung memberi kesan tersendiri bagi SBY. Sudi sebagai senior di Akademi Militer bukannya menghukum sang yunior—hal yang disebut jamak dan membuat senior menjadi ditakuti—, alih-alih memberi nasihat.
SBY mengenang Sudi semasa di Akademi Militer punya panggilan Pokdojid, akronim dari kelompok komando masjid.
Ada lima catatan diberikan SBY dalam pengantar di buku Sudi. Salah satunya mengungkap pengakuan SBY bahwa mereka berdua bak tumbu oleh tutup, sebuah perumpamaan dalam bahasa Jawa yang ringkasnya berarti cocok banget.
Baca juga: Partai Demokrat Berduka, Eks Mensesneg Sudi Silalahi Tutup Usia
Biografi Sudi lebih banyak bertutur tentang masa kecilnya di Simalungun, Sumatera Utara. Uniknya, Sudi lekat sekali dengan bahasa dan budaya Jawa, termasuk saat bercerita lisan tentang masa kecil yang dia ceritakan di buku itu.
”Saya ini cah ndesa (anak desa), tukang ngarit (menyabit rumput), dan tukang angon kambing,” ujar Sudi.
Namun, ini juga bukan misteri besar bagi mereka yang menempuh pendidikan militer di Magelang, Jawa Tengah. Terlebih lagi, Sudi pun kemudian pernah menjadi Pangdam V/Brawijaya alias penguasa militer Jawa Timur pada 1999, selepas dari posisi Kasdam Jaya.
Saat menjabat Pangdam V/Brawijaya, Sudi pernah memecat 31 tentara karena beragam pelanggaran disiplin. Pada masa jabatannya pula, film Marsinah—buruh perempuan di Sidoarjo, Jawa Timur, yang mati dibunuh karena aktivitasnya membela kaum pekerja—pertama kali tayang.
Baca juga: Mengenang Marsinah, Simbol Perjuangan Kaum Buruh yang Tewas Dibunuh
Saat menjabat Mensesneg, Sudi punya "aktivitas sampingan" cukup unik, yaitu bertani terung dan pare. Dalam sebuah kesempatan, dia mempersilakan para wartawan peliput Istana untuk bertandang ke rumahnya di kawasan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
”Datang saja ke rumah saya. Pulangnya, Anda bisa membawa terung dan pare. Tidak pahit, sebesar lengan," ujar Sudi seperti dikutip harian Kompas edisi tayang 15 September 2011.