BUNGA mulai berkembang, kumbang sibuk bertandang. Kalimat metaporik ini paling cocok menggambarkan posisi politik para pemilih pemula.
Pemilih pemula, atau mereka yang baru pertama kali menjajal hak pilih dalam pemilu, kerap menjadi perebutan. Tidak terkecuali Pemilu 2024 mendatang.
Masuk akal memang. Pasalnya, posisi politik kaum pemula terbilang strategis. Dari sisi besaran jumlah, misalnya, cukup signifikan.
Berkaca pada Pemilu 2019 lalu, dalam catatan Kementerian Dalam Negeri, mencapai 5 juta calon pemilih. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pemilu mendatang diperkirakan meningkat.
Baca juga: Elektabilitas Ganjar Imbangi Prabowo, PDI-P: Tolok Ukur Pemimpin Tak Cuma Ditentukan Survei
Selain besar, kaum "pemula politik" ini menarik ditaklukkan. Seperti "tabula rasa” yang diungkapkan filsuf Inggris, John Locke, kaum pemula seringkali diasosiasikan sebagai "kertas putih" yang belum tergores warna-warni politik.
Itulah mengapa, para kontestan pemilu sedapat mungkin berupaya menjadi yang pertama menorehkan pengaruh pada kaum yang kerap disebut sebagai generasi Z ini. Syukur-syukur setelah proses inisiasi politik tersebut, mereka menjadi barisan paling loyal.
Niat para politisi menguasai kaum mula, bisa jadi berbenturan dengan cara pandang kaum muda. Ada juga pandangan sebaliknya. Politik, bagi kaum muda, seringkali dianggap bukanlah ranah yang menarik dimasuki.
Kisah-kisah yang menyimpulkan apatisme kaum muda terhadap politik, sudah begitu banyak disematkan. Begitu juga terhadap pemilu.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Prabowo dan Ganjar Imbang Elektabilitas Capres 2024, Anies Ketiga
Benarkah apatisme politik bakal terjadi pada Pemilu 2024 mendatang? Masih bersifat hipotetik.
Dalam kepartaian, bisa jadi benar. Jika politik dikaitkan dengan preferensi kamu pemula terhadap partai politik, antusiasme kurang tergambarkan hingga saat ini.
Hasil terbaru survei Litbang Kompas, misalnya, menunjukkan hampir separuh (47,6 persen) pemilih pemula "tidak tahu" apa partai pilihan mereka. Ketidaktahuan yang diutarakan lebih banyak berlandaskan pada keengganan bersinggungan dengan partai politik.
Proporsi "ketidaktahuan" kaum mula ini relatif lebih tinggi dari kalangan usia lainnya. Baik kaum generasi Y, generasi X, ataupun baby boomer, relatif lebih banyak yang sudah memiliki preferensi partai.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Ridwan Kamil hingga Ahok Masuk Bursa Capres 2024
Menariknya, jika dibandingkan dengan mereka yang tergolong berusia lebih tua, perbedaan tampak. Pada kalangan berusia lebih tua, proporsi yang "tidak tahu" dan yang sudah memiliki sosok presiden idaman imbang.
Perbedaan semacam itu mengindikasikan apatisme politik kaum mula yang selama ini didengungkan, tampaknya bersifat relatif. Jika dikaitkan dengan preferensi calon presiden, justru antusiasme politik yang mereka pertontonkan.
Baca juga: Survei Litbang Kompas, Partai Gelora Jadi Partai Baru Paling Dikenal
Antusiasme kaum mula dalam politik pencapresan tentu saja tidak terlepas dari kehadiran sosok politik. Paling tidak sebanyak 30 tokoh mereka rujuk dalam survei. Semua sosok yang dirujuk berlatar belakang cukup beragam, mulai menteri kabinet, kepala daerah, hingga pelaku usaha.
Dari seluruh tokoh, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, paling banyak dipilih. Survei menunjukkan, sekitar 14,1 persen kalangan mula yang menyatakan dukungan.
Bagi Ganjar, besaran dukungan kaum pemula ini signifikan dalam perluasan basis dukungan politiknya. Kurun enam bulan terakhir, posisi elektabilitas Ganjar yang meningkat pesat, dari 7 persen menjadi 13,9 persen, tidak lepas dari peran para pemilih pemula.
Ibarat kumbang, gerak Ganjar teramat sigap. Sungut dan sengatnya sedemikian piawai mencari bunga yang tengah mekar.
Dengan produksi informasi melalui kanal media sosialnya, jejak-jejaknya paling banyak melekat pada kalangan pemilih. Semua terbuktikan dalam hasil survei. Dapat disimpulkan, kali ini Ganjar memang paling banyak ketiban pulung.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Parpol Baru dan Nonparlemen Belum Banyak Dikenal Publik
Namun, tidak berarti para pesaingnya luput dari sasaran dukungan kaum mula. Pesaing terdekat Ganjar, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Tri Rismaharini pun secara berturut mendapatkan dukungan signifikan dari kaum pemilih mula.
Prabowo, misalnya, dalam survei kali ini meraup dukungan hingga 13,7 persen. Dibandingkan dengan keseluruhan dukungan responden pada Prabowo (13,9 persen) masih tampak sebanding.
Kontribusi kalangan pemula pada Prabowo terbilang proporsional dengan total dukungan yang ia kuasai.
Besaran dukungan kaum mula tampak nyata pada Anies Baswedan. Dari keseluruhan jumlah pemilih pemula, Anies berhasil menguasai hingga 11,7 persen. Jika membandingkan dengan hasil survei sebelumnya, kehadiran kaum mula agak lebih besar.
Selain Anies, kehadiran Tri Rismaharini dalam panggung politik pencalonan juga menarik dicermati. Sosok Menteri Sosial yang banyak melakukan kunjungan ke berbagai daerah terkait dengan distribusi dana bantuan sosial sepanjang pandemi ini, juga menjadi rujukan kaum pemilih pemula.
Sejauh ini, Risma mampu meraup dukungan sebesar 7,8 persen dari total pemilih pemula. Proporsi tersebut cukup jauh perbedaannya dari total masyarakat yang memilih Risma (4,9 persen).
Kondisi demikian sudah sangat cukup untuk mengindikasikan jika barisan kaum pemula menjadi salah satu pendukung terbesar Risma.
Bagaimana dengan sosok-sosok lain yang dinominasikan sebagai calon presiden?
Bagi Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil, dukungan kaum pemula sebenarnya cukup signifikan. Sayangnya, itu semua belum menjadi faktor yang mendongkrak keterpilihan mereka.
Pemilih pemula belum menjadi determinan. Setidaknya, ini yang tergambarkan dari perbandingan dua survei terakhir.
Kondisi semacam itu pula yang mirip terjadi pada tokoh-tokoh politik rujukan lainnya. Mereka belum banyak mendapatkan pulung kaum pemilih pemula. Padahal, dengan peta penguasaan dukungan kaum pemilih pemula yang telah terbentuk, dapat dikatakan semakin kecil ceruk pilihan kaum pemula yang tersisa.
Apakah dengan kondisi demikian tamat sudah peluang bagi para tokoh politik yang masih berkepentingan dengan penguasaan pemilih pemula?
Rentang waktu menuju Pemilu 2024 yang masih relatif panjang jelas tidak menutup rapat penguasaan dukungan. Apalagi, peluang migrasi politik kaum pemilih pemula dari para sosok calon presiden pilihan sebelumnya sangat cair.
Semua ini dapat terjadi, termasuk Ganjar yang kali ini diuntungkan, jika para tokoh politik tak mampu merawat dukungan. Jangan banyak berharap jika kaum pemilih pemula ini sepenuhnya loyal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.