Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Dinasti Politik Kepala Daerah di Indonesia yang Sungguh Ambyar

Kompas.com - 23/10/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apakah partai tidak memiliki institusi yang ajeg melakukan monitoring aspirasi warga dan kondisi sebenarnya di Kuansing ?

Jika benar partai membiarkan langgengnya politik dinasti ini maka partai tak ubahnya bagai sarang penyamun, tempat kader-kader mafia kekuasaan disemai.

Golkar yang permisif

Ketika kasus dinasti politik Banten dengan berbagai drama di belakangnya mencuat, publik baru terhenyak.

Dinasati politik Banten dirintis Tubagus Chasan Sochid, kontaktor kepercayaan Kodam Siliwangi sejak 1950-an. Dari urusan bisnis, keluarga Tubagus perlahan merambah wilayah politik. 

Pembuka jalan di wilayah politik adalah Ratu Atut. Awalnya ia diplot sebagai wakil gubernur mendampingi Djoko Munandar pada 2002. Namun, karena Gubernur Djoko Munandar terbelit korupsi, Atut ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten.

Atut baru sah menjadi gubernur usai memenangi Pilkada 2007. Setelah itu, anak, menantu, dan kerabatnya menguasai hampir semua daerah di Banten, entah sebagai kepala daerah atau ketua DPRD bahkan maju sebagai anggota DPR.

Dominasi Atut goyah usai KPK menetapkannya sebagai tersangka pada 2013. Meski Atut tersingkir, para kerabatnya masih bercokol di beberapa daerah di Banten.

Gurita kekuasaan politik dan ekonomi keluarga Atut begitu kuat di tanah Banten.  Publik begitu marah. Golkar yang menjadi partai asal Atut hingga hari ini tidak pernah memecat Atut.

Bahkan Golkar selalu mendukung setiap klan Atut yang maju di Pilkada. Di Golkar, Atut pernah duduk sebagai salah satu ketua dewan pimpinan pusat di era Ketua Umum Aburizal Bakrie.

Publik yang semula mengira Golkar akan mengambil sikap tegas usai penangkapan Atut harus kecewa. Golkar begitu permisif dengan praktik dinasti politik, sekalipun itu merugikan rakyat.

Kasus penangkapan Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin oleh KPK beberapa waktu yang lalu juga menguatkan kesan permisif Golkar.

Golkar mendukung penuh Dodi yang adalah putra Gubernur Sumatera Selatan kala itu, Alex Noerdin. Cibiran publik hanya dianggap angin lalu. Yang penting menang Pilkada. Persetan urusan rakyat. 

Mana tanggung jawab partai?

Kegilaan dinasti politik Probolinggo, Jawa Timur, mungkin akan menjadi narasi abadi di perkuliahan politik dan menjadi contoh kasus yang unik sekaligus ambyar.

Hasan Aminuddin adalah Bupati Probolinggo dua periode (2003-2013). Setelah lengser, roda pemerintahan Probolinggo beralih ke istri mudanya, Puput Tantriana Sari.

Keduanya kongkalikong menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri dengan memperjualbelikan jabatan kepala desa.  Semua keputusan yang diambil Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari, termasuk proses seleksi jabatan harus mendapat persetujuan dari suaminya, Hasan Aminuddin yang notabene sudah tidak lagi menjabat sebagia bupati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com