Pada akhirnya, resolusi jihad tersebut membawa pengaruh yang besar. Bahkan, ada dampak besar setelah KH Hasyim Asy'ari menyerukan resolusi itu.
Hal ini kemudian membuat rakyat, para santri melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya.
Banyak santri dan massa yang aktif terlibat dalam pertempuran ini. Perlawanan rakyat, kalangan santri tersebut kemudian membuat semangat pemuda Surabaya dan Bung Tomo turut terbakar.
Hingga akhirnya perjuangan tersebut menewaskan pemimpin Sekutu Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Mallaby tewas dalam pertempuran yang berlangsung pada 27-29 Oktober 1945.
Baca juga: Refleksi Hari Santri Nasional, Gus Muhaimin Sampaikan 3 Agenda Mendesak Pesantren
Salah satu versi Inggris menyebut bahwa Mallaby ditembak oleh pasukan Indonesia setelah sebelumnya dipaksa untuk keluar dari mobil. Versi lain menyatakan Mallaby didorong masuk mobil dan dibakar.
Selain itu, Kontak biro Indonesia mengumumkan kematian Mallaby adalah faktor kecelakaan, tidak bisa dipastikan siapa yang menembal, bisa dari pasukan Indonesia atau terkena tembakan dari dalam Gedung Bank Internatio.
Kematian Mallaby membuat tentara Inggris marah besar. Hal inilah yang memicu pertempuran 10 November 1945.
Pertempuan Surabaya membuat Indonesia kehilangan banyak pasukan dan senjata, tetapi pengorbanan dan perjuangan menghasilkan perjuangan Revolusi.
Baca juga: PKB Sebut Realisasi Dana Abadi Pesantren Bisa Jadi Kado Indah Jelang Hari Santri
Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. 10 November kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November dipilih bukan untuk mengenang kemenangan sekutu, tetapi mengenang kegigihan dan semangat patriotisme bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dengan tindak tunduk terhadap sekutu.