KOMPAS.com - Kepala Ilmuwan World Health Organization (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, vaksinasi dapat membentuk imunitas dan herd immunity atau kekebalan kelompok secara aman.
“Vaksinasi merupakan pilihan yang lebih baik daripada melalui infeksi alami, karena akan membutuhkan biaya dan manusia yang banyak,” jelasnya, dalam sesi wawancara pada program Science in 5 WHO Episode 1 di laman Who.int, Jumat (20/8/2020).
Untuk mencapai herd immunity, Soumya mengimbau kepada masyarakat agar membantu memperlambat penularan, mengendalikan, dan menahannya dengan langkah-langkah sosial seperti jaga jarak fisik, memakai masker saat berada di tempat ramai, serta sering mencuci tangan.
Adapun tiga langkah sosial tersebut sejalan dengan upaya yang terus digencarkan pemerintah Indonesia, yaitu menerapkan aturan 6M di antaranya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Baca juga: Bukan 5M, Kabupaten Bekasi Cegah Penularan Covid-19 dengan 6M
Sejak awal pandemi, pemerintah senantiasa mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) agar menjadi sebuah kebiasaan baru di mana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun.
“Pemerintah (suatu negara) juga dapat mendeteksi dan mendiagnosis, atau mengisolasi masyarakatnya, kemudian menguji kontak dan melakukan karantina. Ini adalah langkah-langkah yang telah terbukti berhasil," ujar Soumya.
Ia mengaku, langkah deteksi hingga karantina tersebut memang membutuhkan kerja keras dan sulit untuk diterapkan. Akan tetapi, hal ini layak dilakukan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang.
“Sampai saat kami memiliki obat-obatan yang lebih efektif untuk mengobati penyakit virus SARS-CoV-2. Tentu saja, vaksin adalah yang paling aman dan efektif,” ujar Soumya.
Pada kesempatan tersebut, Soumya mengatakan, dibutuhkan setidaknya 60 hingga 70 persen dari populasi untuk memiliki kekebalan agar dapat memutus rantai penularan Covid-19.
“Sebab, virus SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah menular. Jika hal ini dibiarkan terjadi secara alami atau menunggu virus hilang dengan sendirinya maka akan memakan waktu lama,” imbuhnya.
Tak hanya itu, kata Soumya, dampak terburuk dari virus SARS-CoV-2 akan menyebabkan banyak kerusakan lain.
Bahkan, apabila satu persen orang yang terinfeksi dan pada akhirnya meninggal dunia, maka ini bisa bertambah menjadi sejumlah besar orang jika dilihat berdasarkan populasi global.
Baca juga: 7 Kali Lebih Berisiko Terinfeksi Corona, Begini Tatalaksana Vaksinasi Covid-19 ODGJ
Menurut Soumya, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pandemi virus SARS-CoV-2 adalah dengan melakukan vaksinasi Covid-19.
Sebab, vaksin dapat meredam virus SARS-CoV-2 sehingga akan menciptakan herd immunity.
Dilansir dari Who.int, WHO mengungkapkan, kekebalan kelompok yang juga dikenal sebagai kekebalan populasi adalah konsep yang digunakan untuk imunisasi. Artinya, suatu populasi dapat terlindung dari virus tertentu jika ambang cakupan imunisasi tercapai.
Begitu pula, kekebalan kelompok akan tercapai dengan cara melindungi orang dari virus, bukan dengan memaparkan orang terhadap virus tersebut.
Baca juga: WHO: Booster Vaksin Covid-19 untuk Orang dengan Gangguan Sistem Kekebalan dan Lansia
Oleh karenanya, ia menilai bahwa vaksin merupakan solusi tepat karena dapat melatih sistem imun untuk menciptakan protein yang dapat melawan penyakit, atau disebut antibodi.
“Seperti jika seseorang terpapar suatu penyakit, cara kerja vaksin tanpa membuat rasa sakit,” ujar Soumya.
Orang yang telah divaksin, kata dia, akan terlindung dari penyakit tersebut dan tidak dapat menyebarkannya. Dengan begitu, akan dapat memutus mata rantai penularan
Berdasarkan survei Seroprevalensi, terindikasi bahwa di sebagian besar negara, penduduk yang telah terinfeksi Covid-19 masih berjumlah di bawah 10 persen.
Baca juga: Mengapa Sebagian Orang Terinfeksi Covid-19 Tanpa Gejala? Ilmuwan Ungkap Alasannya
Tak hanya itu, data penelitian-penelitian Seroprevalensi dari seluruh dunia pun mengindikasikan kurang dari 10 persen subjek penelitian pernah mengalami infeksi. Ini berarti sebagian besar penduduk dunia masih rentan terhadap virus SARS-CoV-2.
“Sekali lagi, untuk mencapai kekebalan kelompok yang aman dan efektif dapat dilakukan dengan vaksin. Dampaknya akan membuat penyakit semakin jarang dan menyelamatkan nyawa banyak manusia,” jelas Soumya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.