Dalam lawatan tersebut, Prabowo disambut Mark Esper di Gedung Pentagon.
Selain berbagi pandangan mengenai keamanan regional, prioritas pertahanan bilateral, dan akuisisi pertahanan, keduanya secara khusus membahas mengenai peningkatan kerja sama militer dan keamanan maritim.
Prabowo juga mengapresiasi dukungan AS dalam upaya memodernisasi alutsista Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Prabowo menghasilkan sejumlah kesepakatan penting, antara lain terkait kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan untuk taruna/kadet TNI di berbagai lembaga pendidikan militer di AS.
Selain itu, keduanya juga menyepakati untuk bekerja sama dalam rangka melakukan repatriasi jenazah tentara AS yang hilang di Indonesia selama Perang Dunia II.
Baca juga: Prabowo Bertemu Menhan AS di Pentagon, Ini Topik yang Akan Dibahas
Hubungan harmonis Prabowo dengan AS tak berhenti di situ. Setelah Mark Esper digantikan oleh Lloyd Austin, Prabowo tetap menjalin komunikasi.
Pada Rabu (31/3/2021), Lloyd Austin pernah mengubungi Prabowo dan membicarakan beberapa hal termasuk membahas isu keamanan regional.
Isu keamanan yang dimaksud meliputi situasi yang menantang di Laut China Selatan serta kerja sama pertahanan bilateral.
Kunjungan Prabowo ke luar negeri ternyata menuai kritik. Saat itu, sejumlah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengkritik langkah Prabowo yang terus berkunjung ke luar negeri.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengingatkan kunjungan ke luar negeri mesti memiliki tujuan yang jelas.
Mardani berharap ada timbal balik yang setimpal dari kunjungan kerja Prabowo ke tujuh negara itu.
"Kunjungan ke luar negeri monggo saja dilakukan, tetapi mesti dipastikan return on investment-nya jauh lebih baik dan semua perlu disampaikan kepada publik secara transparan," ujar dia, Jumat (17/1/2020).
Baca juga: Kritik Prabowo, PKS Singgung Pidato Jokowi soal Studi Banding Bisa lewat Ponsel
Tak lama, Prabowo pun menjawab kritikan tersebut dan menyatakan, kunjungannya ke luar negeri itu demi kepentingan negara, utamanya dalam hal modernisasi alutsista.
"Memang kita butuh untuk keliling, menjajaki kemungkinan-kemungkinan. Kita harus pelajari alutsista yang ada," ujar Prabowo di DPR, Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2020).
Dia menyebutkan, pemerintah perlu mendapatkan dukungan dari negara lain untuk membangun kekuatan pertahanan.
Menurut Prabowo, pemerintah perlu menjajaki peluang agar negara-negara lain yang mau menjual alutsista kepada Indonesia.
"Kita juga harus minta dukungan dari negara-negara lain karena belum tentu alutsista itu diberi kepada kita untuk dibeli," ucapnya.
Indonesia sempat dikabarkan akan memboyong sejumlah alutsista mutakhir, antara lain pesawat tempur F-15 EX buatan Boeing dan Dassault Rafale yang diproduksi Dassault Aviation Perancis.