Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tahun Jokowi-Ma’ruf, Lonjakan Kasus Covid-19 dan Duka Selama Pandemi

Kompas.com - 20/10/2021, 07:24 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin masih diselimuti suasana pandemi Covid-19.

Sejak Jokowi mengumumkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, penambahan kasus harian Covid-19 masih fluktuatif setiap harinya.

Tercatat, puncak lonjakan kasus terjadi selama periode Juni hingga Agustus 2021. Saat itu, pemerintah berkali-kali melaporkan rekor penambahan kasus harian Covid-19.

Pada awal Juni, kasus harian mencapai sekitar 5.000 per hari, tetapi angka itu kian meningkat hingga mencapai rekor 56.757 kasus baru dalam sehari pada Kamis (15/7/2021).

Baca juga: Soal Penanganan Covid-19, Menko PMK: Mohon Dimaklumi jika Keputusan Pemerintah Berubah-ubah

Lonjakan kasus harian saat itu belum diiringi dengan penambahan kasus sembuh, sehingga kasus aktif Covid-19 mencapai angka 500.000.

Pada Senin (19/7/2021), kasus aktif Covid-19 mencapai rekor dengan jumlah 542.938 orang. Tidak hanya itu, dalam periode yang sama, angka kematian akibat Covid-19 juga tertinggi.

Dalam sehari ratusan hingga ribuan pasien Covid-19 meninggal dunia. Puncaknya terjadi pada Selasa (27/7/2021) dengan 2.069 jiwa.

Rumah sakit kewalahan

Lonjakan kasus Covid-19 membuat rumah sakit (RS) di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta, kesulitan menampung pasien.

Banyak juga masyarakat yang mengeluhkan sulitnya akses mendapatkan tempat di rumah sakit, termasuk ruangan untuk pasien non-Covid-19.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui, RS dan fasilitas kesehatan di Jakarta tak mampu lagi menampung karena jumlah pasien Covid-19 terus meningkat.

"Sekarang pun warga banyak warga yang tidak mendapatkan tempat (perawatan), menunggu, mengantre di ICU, kita menyaksikan betapa tantangan ini nyata," kata Anies secara daring, Jumat (2/7/2021).

Baca juga: Pemerintah Diminta Tak Gamang Tarik Rem Darurat Penanganan Pandemi

Selain itu, sejumlah RS melaporkan soal sulitnya mendapatkan stok oksigen saat pasien Covid-19 terus bertambah.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, hal itu terjadi karena jumlah pasien yang banyak dan masalah pada kapasitas produksi oksigen serta distribusi.

"Sudah diusahakan, tetapi sepertinya memang belum memenuhi kapasitas yang dibutuhkan," ujar Nadia, seperti dikutip Kompas.id, Senin (5/7/2021).

Sejumlah RS yang menyatakan kesulitan oksigen, di antaranya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Bahkan beberapa RS di Bandung telah menutup layanan karena kesulitan oksigen.

Pantauan udara makam korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (23/7/2021). Pasien yang meninggal dunia bertambah 1.566, sekaligus rekor tertinggi sejak pandemi. Dengan demikian, total kasus kematian Covid-19 tembus 80.598 orang.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pantauan udara makam korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (23/7/2021). Pasien yang meninggal dunia bertambah 1.566, sekaligus rekor tertinggi sejak pandemi. Dengan demikian, total kasus kematian Covid-19 tembus 80.598 orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Nasional
Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Nasional
Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Nasional
Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Nasional
Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Nasional
Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Nasional
Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com