Konflik banteng versus celeng jika tidak didamaikan akan sangat berpotensi mengganggu soliditas partai yang relatif sangat stabil di era dua periode kepresidenan Jokowi.
Jika PDIP tidak ingin mengulang masa lalu maka banteng dan celeng tidak boleh lagi didikotomikan dengan vulgar.
Energi partai sebaiknya difokuskan untuk membantu penuntasan janji-janji kampanye Jokowi terutama mengatasi pandemi dan dampaknya.
Dikotomi celeng-banteng dalam diskursus pencalonan kader untuk maju sebagai kandidat presiden mendatang adalah tipikal konflik dari teori Ralf Dahrendorf.
Menurut Dahrendorf, struktur sosial dalam masyarakat memiliki wajah ganda yang berpotensi memunculkan konflik dan konsensus. Tanpa adanya konsensus dalam struktur sosial, konflik tidak akan terjadi.
Terjadinya konflik bisa disebabkan oleh suatu tingkat kekuasaan yang berbeda. Unsur kekuasaan antara orang yang menguasai (atasan) dan unsur orang yang dikuasai (bawahan) memiliki kekuasaan yang berbeda.
Kekuasaan kelompok (atasan) selalu ingin tetap mempertahankan status quo sedangkan mereka yang berada dibawah (bawahan) selalu ingin melakukan perubahan jika tidak ada kontrol sosial dari atas.
Ralf Dahrendorf memastikan, konflik merupakan fenomena struktur sosial dalam masyarakat yang selalu menciptakan perubahan dan perkembangan (Ralf Dahrendorf, Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri: Sebuah Analisa Kritik).
Agar eskalasi celeng versus banteng tidak merembet menjadi besar maka seharusnya semua pihak di PDIP memiliki jiwa besar dan mau mempelajari kembali jati diri PDIP sebagai partainya wong cilik.
Persoalan siapa yang akan dicapreskan oleh PDIP sebaiknya menunggu momentum yang tepat. Semua yang merasa layak dicapreskan jangan “baper” alias gede rumongso duluan.
Serahkan urusan pencapresan kepada Megawati Soekarnoputeri. Percayalah, dia punya insting politik yang tajam.
Saat Pilkada DKI 2012, orang-orang di lingkar dekat Megawati berkali-kali meyakinkan dan menyodorkan nama Fauzi Bowo.
Dengan insting politiknya, Megawati menjatuhkan pilihannya kepada Walikota Solo yang tidak diperhitungkan sama sekali ketika itu. Mata batin dan mata hati Megawati soal capres pasti akan menemukan fokus yang tepat
Saya yakin karena pernah lama menjadi cantrik-nya Megawati. Siapa calon presiden dari PDIP mendatang, Megawati pasti akan memilih kader terbaik. Dibutuhkan kesabaran karena sabar dalam politik adalah proses laku untuk menjadi pemenang.
Celeng, banteng, atau apapun sebutannya nanti untuk pihak-pihak yang berbeda pendapat dalam pencapresan, itulah dinamika khas PDIP.
Wahai banteng dan celeng, bersatulah!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.