“Dari Kalimantan, Pak,” jawab Heldy kaget dan gemetar.
“Oh, aku kira dari Sunda. Rupanya ada orang Kalimantan cantik.”
Mendengar pernyataan Soekarno tersebut, ada rasa bangga, khawatir, deg-degan dalam diri Heldy.
Orang yang selama ini hanya bisa dilihat lewat foto dan didengar suaranya lewat radio, menepuk dan menyapanya. Pertemuan pertama yang penuh ketegangan namun sangat berkesan.
Pertemuan berikutnya kembali terjadi, dalam salah satu pertemuan, Soekarno mengajaknya untuk menari lenso.
Pikiran Heldy pun berkecamuk karena akan menari lenso dihadapan banyak tamu penting dan artis yang lebih senior seperti Titiek Puspa, Rita Zahara, dan Feti Fatimah.
Dalam tarian lenso tersebut, Heldy menyambut uluran tangan Presiden. Dengan ragu ia memberikan telapak tangan kirinya yang dingin untuk digenggam Soekarno, sementara ia harus meletakkan tangan kanannya di bahu kiri presiden pertama RI tersebut.
Ia hanya bisa menunduk, membiarkan pinggang kecilnya dipeluk Bung Karno yang terus-menerus menatapnya.
Saat menari lenso, Soekarno berbisik menanyakan namanya, asal sekolah, usia dan meminta izin untuk bertamu ke rumah Heldy.
Hatinya berdegup dalam gerakan tari lenso. Tak hanya itu, para tamu mulai bernyayi "Baju hijau siapa yang punya, baju hijau siapa yang punya, baju hijau Bapak yang punya,"
Kegaduhan nyanyian itu menyadarkannya, matanya menyapu ruangan mencari-cari orang berbaju hijau. Baru ia sadar, ia satu-satunya yang berbaju hijau. Tapi apa makna ”Bapak yang punya,"
Baca juga: Istri Ke-9 Soekarno, Heldy Djafar, Tutup Usia
Pada 12 Mei 1965, Soekarno berkunjung ke rumah Erham tempat Heldy tinggal. Soekarno datang dengan penampilan berbeda yaitu tanpa memakai peci, celana panjang hitam, kemeja putih lengan pendek yang kancing atasnya terbuka, bahkan mengenakan sandal.
Soekarno bertemu dengan H. Djafar yang saat itu berada di Jakarta. Soekarno langsung menyatakan ketertarikannya kepada Heldy, namun Heldy merasa terlalu muda dan meminta presiden mencari perempuan lain.
Soekarno hanya tersenyum dan memberikan bungkusan kecil berisi jam tangan Rolex. Setelah kunjungan pertama, Soekarno semakin sering ke rumah Erham.
Pada Juni 1966, cukup satu tahun bagi Heldy menjadi kekasih Soekarno. Ini waktu yang cukup bagi Soekarno menikahi Heldy.
Pernikahan tersebut hanya bertahan 2 tahun, setelah berpisah dengan Soekarno, Heldy resmi menjadi istri Gusti Suriansyah Noor, putra Pangeran Mohammad Noor dari Istana Kutai Kartanegara.
Dalam pernikahan tersebut, Heldy mendampingi suaminya di Departemen Pekerjaan Umum, dan aktif di Dharma Wanita. Ia dikaruniai 6 orang anak dari pernikahan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.