Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Adi W
Tukang Ngopi

Tukang Ngopi di Java Friar Angkringan Ngopi BSD

Hidup Bersama Covid-19 ala Nietzsche

Kompas.com - 09/10/2021, 19:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI SEBUAH angkringan ngopi di Nusaloka, BSD, pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap II, ada seorang pembeli yang ketika datang tidak langsung memesan kopi, tetapi menanyakan tempat cuci tangan.

Penjaga angkringan dengan sigap menunjukkan wastafel di bagian belakang kios angkringan. Setelah mencuci tangan, sambil berdiri pembeli itu mengusap tangan memakai sapu tangan yang ia simpan di saku celana.

Tak cukup mencuci tangan, si pembeli lantas membersihkan tangan menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Di meja angkringan sudah tersedia beberapa botol pembersih tangan, tetapi si pembeli menggunakan pembersih tangan miliknya.

Pembeli itu kemudian mengelap kedua tangan menggunakan tisu yang ia bawa, padahal di meja angkringan sudah tersedia tisu. Masih sambil berdiri, si pembeli lalu menyemprot meja dan kursi angkringan menggunakan cairan pembersih tangan yang ia bawa tadi.

Setelah selesai dengan “ritual” protokol kesehatan itu, ia baru duduk dan memesan kopi. Setelah kopi tersaji, si pembeli paruh baya itu membuka masker N95, lalu mulai menyeruput kopi robusta yang panas itu. Mantab!

Beberapa hari sebelumnya, penjaga angkringan kedatangan pemilik kios yang menanyakan perihal keluhan terkait kios.

Ketika penjaga angkringan mendekat dan baru mengucapkan satu-dua kata, pemilik kios yang memakai masker N95 itu, sambil melangkah mundur, meminta penjaga angkringan supaya tidak mendekatinya.

Penjaga angkringan yang tidak memakai masker itu tampak tercekat, terpaku sejenak, kemudian melangkah mundur untuk menjaga jarak.

Di sudut lain angkringan, para pengojek online duduk berdekatan dengan bahu-siku dan lutut kaki bersentuhan. Ketika datang pengojek yang baru bertemu hari itu, mereka pun tidak segan berjabat tangan.

Canda, tawa, sindiran, umpatan, dan obrolan ringan keluar dari mulut yang tanpa tèdhèng aling-aling alias tak tertutup masker itu. Asap rokok menguar ke mana-mana.

Begitulah serepih roti kehidupan dalam ruang dan waktu yang tengah limbung didera pageblug Covid-19.

Dua realitas kontras—pembeli kopi/pemilik kios dan pengojek online/penjaga angkringan—itu memang tidak cukup merampatkan kehidupan yang berubah gegara pandemi.

Namun, dua realitas kontras itu dapat menjadi gambaran untuk meneroka relasi manusia dalam kungkungan pandemi.

Realitas kontras dan potensi konflik

Yang dapat dicandra dari relasi dua adegan kontras di panggung angkringan tersebut tiada yang lain adalah potensi konflik antara kubu yang mempertahankan protokol kesehatan dan kubu yang menanggalkan protokol kesehatan.

Tampak bahwa kubu yang mempertahankan protokol kesehatan begitu memedulikan kesehatan diri sendiri dan liyan. Mereka menegakkan protokol kesehatan dengan harapan mendapatkan keselamatan dan terlindungi dari ancaman Covid-19.

Ilustrasi virus Corona dan wabah Covid-19SHUTTERSTOCK/ONGSA S Ilustrasi virus Corona dan wabah Covid-19

 

Kubu ini cenderung tetap mempertahankan protokol kesehatan sekalipun, misalnya, pihak yang berwenang nanti mencabut aturan tentang protokol kesehatan itu.

Singkatnya, bagi mereka, kesehatan itu penting. Maka, jika vaksin hadir guna melindungi manusia dari Covid-19, kubu ini dengan riang gembira menggamitnya. 

Sebaliknya, kubu yang menanggalkan protokol kesehatan seolah-olah tidak menaruh perhatian terhadap kesehatan. Mereka terkesan mengabaikan protokol kesehatan yang menjadi haluan keselamatan hidup bersama itu.

Kesehatan, bagi mereka, seakan-akan tidak penting. Maka, sikap acuh tak acuh seperti itu menimbulkan kesan bahwa mereka belum divaksin, padahal faktanya tidaklah selalu demikian. 

Banyak pengojek online itu sudah divaksin karena vaksinasi merupakan aturan wajib dari salah satu perusahaan transportasi online. 

Dengan mengandaikan bahwa kedua kubu sama-sama sudah divaksin, konflik dengan sendirinya muncul ketika satu kubu—yang dengan gigih mempertahankan pendiriannya untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan—bertemu dan berinteraksi dengan kubu lain yang yakin bahwa vaksinasi mampu membebaskan mereka dari cengkeraman pandemi sehingga menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tidak diperlukan lagi.

Dengan menggenggam erat argumen masing-masing, mereka hanya menangguk kebenaran di atas diri mereka sendiri.

Selain dua kubu tersebut, juga ada kubu lain yang memang sejak awal skeptis bahkan “ateis” terhadap hiruk pikuk pageblug ini. Kubu ini tidak termasuk dalam semesta dua kubu di atas.

Mereka bahkan tidak sampai menanggalkan protokol kesehatan karena menjalankan protokol kesehatan saja tidak. Bagi mereka, pageblug ini tidak ada. Jadilah vaksinasi angin lalu saja.

Jika kubu ini bertemu dan berinteraksi dengan kubu yang mempertahankan protokol kesehatan, dapat dibayangkan potensi konflik yang akan tercipta.

Potensi konflik yang muncul terkesan menakutkan, bisa dalam wujud perang mulut ataupun kontak fisik. Bagaimanapun, konflik di antara mereka—yang mempertahankan protokol kesehatan, menanggalkan protokol kesehatan, atau bahkan tidak mendaku dua-duanya—merupakan keniscayaan.

Konflik ini niscaya karena Covid-19 sendiri juga sebuah keniscayaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2.

Lebih lanjut WHO menjelaskan bahwa SARS-CoV-2 adalah sejenis virus. Pemahaman tentang SARSCoV-2 yang adalah virus ini sekarang sudah menjadi pengetahuan publik yang biasa menyebutnya dengan coronavirus atau virus Corona

Pelajaran Biologi di sekolah pun mengajarkan bahwa yang disebut virus ada di mana-mana di ekosistem dunia ini.

Covid-19 yang mulai mendera sejak akhir 2019 dan ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi sejak Maret 2020 dengan jumlah terinfeksi sebanyak 236.599.025 kasus dan angka kematian sebanyak 4.831.486 jiwa hingga 8 Oktober 2021 pukul 18.49 CEST membuktikan bahwa virus Corona saat ini tengah melayang-layang di udara atau hinggap di permukaan
benda-benda, entah meja, kursi, gagang pintu, uang, ataupun tuts-tuts ATM, dan tak terkecuali telapak tangan manusia.

Maka, masuk akal bahwa siapa pun yang hidup di ekosistem dunia ini telah terpapar virus Corona dan dalam terminologi hari ini tergolong OTG (orang tanpa gejala). Hanya mereka yang sedang dalam kondisi tubuh tidak sehatlah yang jika terpapar virus Corona rentan terserang Covid-19.

Hidup berdampingan dengan Covid-19

Pemahaman tentang virus Corona yang ada di mana-mana ini sejalan dengan pandangan Profesor Dale Fisher, pakar penyakit menular di National University Hospital, Singapura, yang mengatakan bahwa virus Corona tidak mungkin dibasmi mengingat penyebarannya sudah begitu luas. Yang dapat dilakukan adalah belajar untuk hidup dengannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com