Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Sareh, Sumeh, dan Semeleh dari Prawirotaman

Kompas.com - 09/10/2021, 14:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAREH, sumeh dan semeleh itu selalu diucapkan orang-orang Jawa berusia lanjut dalam menghadapi setiap persoalan hidup.

Saat gonjang-ganjing di seluruh negeri karena Peritiwa 1965, tiga kata itu bagaikan mantera. Demikian juga saat ontran-ontran  jelang lengsernya daripada presiden terlama berkuasa di dunia, Soeharto, sareh sumeh semeleh juga sakti mandraguna diucapkan untuk mengatasi keruwetan hidup.

Saya begitu penasaran dengan arti selarik kata-kata ini yang kerap diucapkan kakek nenek saya dulu.

Ternyata jika diartikan kata perkata, sareh itu bermakna tenang, sumeh itu artinya tersenyum dan semeleh berarti pasrah.

Apabila kata itu dirangkai menjadi satu kesatuan, maka kurang lebih maknanya, dalam menghadapi segala sesuatu tetaplah sabar, tenang, tersenyum dan pasrah serta percaya kepada rencana Ilahi dalam setiap kehidupan.

Sejak Maret 2020 hingga kini, wabah Covid-19 masih belum hilang. Kasus positif dan kematian masih ada.

Hingga 8 Oktober 2021, data Satgas Covid-19 menyebutkan, ada 142.550 jiwa yang meninggal dan 4.225.871 orang dinyatakan positif. Sementara yang dinyatakan sembuh 4.057.760 orang (Covid19.go.id).

Dampak wabah begitu terasa di semua lini kehidupan. Banyak orang bersedih karena kehilangan orang yang dicintai, berpisah selamanya dengan sahabat, anak, istri, suami, ayah, ibu, dan kerabat. Banyak juga yang bersedih karena kehilangan pekerjaan.

Kita semua merasa takut. Takut tertular dan takut menulari. Kita hidup dalam sirkum paranoid yang tidak ada habisnya.

Membatasi diri dari pergaulan, mengurangi interaksi yang tidak begitu penting serta mengisolasid diri adalah rangkaian kehidupan yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan terjadi.

Silaturahmi yang selama ini menjadi perekat fisik, bersalin rupa menjadi pertemuan visual melalui medium teknologi.

Silaturahmi kini bermakna luas, menembus dimensi ruang dan frekuensi. Rapat, mengajar, ujian, wisuda bahkan arisan kini dilakukan melalui daring. Pandemi mengubah segala tatanan hidup.

Sebagai makluk sosial, masa-masa “karantina” yang begitu lama, kesedihan yang begitu sering terjadi serta kebosanan menjalani rutinitas yang serba terbatas berpotensi menjadi “ledakan” balas dendam.

Balas dendam untuk berpergian, balas dendam untuk mengunjungi sanak kerabat dan sahabat, serta plesir ke berbagai destinasi wisata.

Bantuan dan insentif belum maksimal

Sejak awal September 2021 hingga sekarang, kabar duka mulai sedikit berganti menjadi harapan baru. Angka positif Covid terus menurun seiring dengan membesarnya angka kesembuhan.

Demikian pula dengan angka kematian yang tidak lagi setinggi Juli kemarin.

Masifnya pelaksanaan vaksinasi, tumbuhnya kesadaran hidup dengan mengedepankan protokol kesehatan, serta terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) menjadi modal untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Pariwisata di Yogyakarta menjadi salah satu contoh betapa pandemi meluluhlantakkan segala sektor kehidupan. Urusan pariwisata tidak hanya menyangkut investor besar yang memiliki jaringan hotel bertaraf internasional, tapi juga pemilik losmen kelas melati.

 

Wisatawan menyusuri lereng Merapi di Dusun Petung, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan menggunakan kendaraan jip wisata yang disewakan dengan tarif berkisar Rp 250.000 per perjalanan, Selasa (10/7/2012). Berbagai paket wisata terus dikembangkan di kawasan tersebut untuk membantu membangkitkan perekonomian warga yang terkena dampak erupsi Merapi.  KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Wisatawan menyusuri lereng Merapi di Dusun Petung, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan menggunakan kendaraan jip wisata yang disewakan dengan tarif berkisar Rp 250.000 per perjalanan, Selasa (10/7/2012). Berbagai paket wisata terus dikembangkan di kawasan tersebut untuk membantu membangkitkan perekonomian warga yang terkena dampak erupsi Merapi.

Pariwisata Yogyakarta tidak hanya terhubung melalui jalur penerbangan tapi juga melalui jalur darat dengan bus dan kereta api. 

Ada begitu banyak daya tarik Yogyakarta. Ada kunliner, dari bakpia hingga gudeg. Ada juga pertunjukan seni kabaret Raminten atau sendratari Ramayana di pelataran Candi Prambanan. 

Ekosistem ekonomi pariwisatanya juga melibatkan kusir andong, rental kendaraan roda empat dan dua serta pemijat dan pengamen.

Jangan salahkan jika para pedagang di ruas Jalan Malioboro sempat mengibarkan bendera putih sebagai ungkapan kesedihan akibat kondisi ekonomi yang semakin sulit.

Selama PPKM berlangsung, para pedagang di sepanjang Malioboro tidak boleh berjualan. Kebijakan ini menghantikan aliran nafkah hidup mereka sehari-hari. (Kompas.com, 31/07/2021).

Baca juga: Pedagang Malioboro Yogya Pasang Bendera Putih Tanda Menyerah: Kami Tak Bisa Apa-apa Lagi

Bantuan sosial untuk mereka yang terdampak Covid tidak bisa diterima oleh sebagian besar pelaku pariwisata di Yogyakarta.

Misalnya, para penggiat aktivitas jip wisata yang menyusuri lereng Gunung Merapai. Mereka tidak tersentuh bantuan selama PPKM berlangsung hingga Agustus 2021.

Untuk bertahan hidup, terpaksa ada yang harus menjual kendaraan jipnya. Hingga akhir Juli 2021, terdata ada 1.025 unit jip yang biasa beroperasi di timur dan barat lereng Gunung Merapi (Cnnindonesia.com, 28/07/2021).

Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo tidak memungkiri bahwa sejumlah insentif yang diberikan pemerintah pada 2020 belum mencakup semua pelaku wisata.

Pada 2021 ini, pemerintah setempat terus mengupayakan pemberian insentif yang lebih merata kepada para pelaku wisata. Sejumlah program juga tengah digodok untuk bisa menyentuh lebih banyak pelaku pariwisata yang terdampak pandemi (Jogja.suara.com, 2 Agustus 2021).

Untuk tetap bertahan hidup, para pelaku pariwisata mencari pekerjaan di sektor lain seperti buruh bangunan, petani dan usaha-usaha yang lain.

Apa yang dilakukan 40 warga Kawasan Kalisuci, Kapanewon Semanu, Gunung Kidul yang selama ini berkutat di wisata susur tebing harus berjibaku agar dapur rumah tetap ngebul.

Penutupan kawasan wisata Kalisuci selama PPKM sangat mematikan usaha wisata yang dikelola warga (Kompas.com, 9/8/2021).

Baca juga: Cerita Para Pelaku Wisata Yogyakarta, Beralih Profesi untuk Bertahan Hidup

Usaha banting stir akibat penutupan tempat wisata selama pandemi juga dilakoni warga di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran.

Sebanyak 150 pelaku usaha wisata juga mencoba mencari usaha alternatif selama aktivitas wisata berhenti.

Sementara, 400 dari 700 pelaku wisata yang masih tersisa di Hutan Pinus Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul juga harus berjibaku mencari pekerjaan lain agar bisa tetap makan (Kompas.com, 9/8/2021).

 

Tempo Gelato Prawirotaman. SHUTTERSTOCK/FAISHALABDULA Tempo Gelato Prawirotaman.

Optimisme dari Prawirotaman

Prawirotaman adalah kawasan wisata yang memadukan suasana kampung perkotaan serta legitnya kuliner yang dijajakan.

Berjarak lima kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, Prawirotaman dikenal sebagai kampung turis. Film "Ada Apa dengan Cinta" yang populer itu pernah syuting di kawasan ini dan membuat Prawirotaman terkenal.

Prawirotaman semula adalah kampung yang dikelola bangsawan Keraton Yogyakarta yang bernama Prawirotomo di awal abad 19. Epos perjuangan di masa kemerdekaan menyebut tempat itu sebagai markas Pasukan Hantu Maut dan Prajurit Prawirotomo.

D era 1960-an Prawirotaman dikenal sebagai sentra batik. Seiring dengan berkembangnya industri batik cap atau printing, Prawirotaman beralih menjadi daerah penginapan di masa 1970-an.

Kini beragam usaha tumbuh di sana. Ada penginapan dari kelas melati hingga bintang, kafe, dan restoran. Masakan nusantara hingga mancanegara bisa ditemukan di sana. Art shop dan tours travel juga bertebaran di sana. 

Untuk mencari es krim gelato terenak atau masakan aglio olio dari Italia terlezat, datang saja ke Prawitotaman. Ingin mencari bacaan berupa novel asing atau buku-buku bermutu, datangi saja Prawirotaman. Tarif penginapan di sana berkisar di Rp 120 hingga Rp 800 ribu per malam.

Saya pernah menginap dua kali di penginapan yang berbeda sebelum pandemi dan sekali di saat pandemi. Di tiap kunjungan saya menginap 3 hari. 

Sungguh kontras suasana Prawirotaman sebelum dan di era pandemi. Dulu, lalu lintas begitu ramai lalu lalang. Ada masa bus-bus yang mengangkut pelajar yang tengah karyawisata kesulitan mencari parkir. 

Saat pandemi datang, Prawirotaman menjadi sunyi. Beberapa usaha di sana gulung tikar. Sepinya wisatawan membuat warga yang hidup dari sektor pariwisata menjadi terpuruk.

Sebuah minimarket yang biasanya dijalankan lima pegawai di tiap shift, kini hanya dikerjakan dua orang. Penjual soto gerobak yang mangkal di depan minimarket tersebut yang biasanya ramai melayani pembeli, kini beringsut sepi.

Melandainya angka Covid dan dilonggarkannya PPKM membuat prawirotaman mulai menggeliat. Beberapa penginapan mulai mendapat tamu di akhir minggu.

Walau masih jarang, namun satu dua turis asing mulai terlihat lalu-lalang di Prawirotaman. Outlet penjualan es krim juga terlihat semarak lagi.

Usaha laundry juga mulai kembali menjalankan mesin-mesin cucinya. Kedai-kedai kopi juga mulai buka. Bahkan, ada usaha baru yang memadukan konsep penginapan dan restoran mulai dibuka. Senyum mulai sedikit mengembang di Prawirotaman.

Beberapa warga yang dituakan di Prawirotaman mengaku sikap sareh, sumeh, dan semeleh begitu dihayati dalam kehidupan di masa pandemi ini. Keprihatinan yang berlangsung lebih dari 1,5 tahun sejak wabah menjangkit kini mulai membuahkan hasil.

Keturunan Prawirotomo yang menjadi cikal bakal tumbuhnya keturunan tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan Mangunprawiro memaknai setiap situasi kehidupan adalah ujian. Saat ramai adalah ujian.  Saat lengang pun ujian.

Membumikan makna sareh, sumeh, dan semeleh pada tataran praksis kehidupan termasuk di sekor pariwisata menjadi kunci kebangkitan di masa Covid yang kian melandai. Harapan harus terus dibangun di tengah ketidakpastian.

Di saat kita lelah karena terlalu gesit mencari rezeki, kita butuh relaksasi. Kini saatnya melampiaskan kerinduan akan kehidupan yang semenjana dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Selamat merasakan ritme hidup yang melambat di Prawirotaman. Selamat meresapi sareh, sumeh, dan semeleh di Prawirotaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com