Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 6 Pasukan Elite TNI dengan Ciri Khas dan Kemampuan Khusus

Kompas.com - 06/10/2021, 06:22 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki peran penting dalam menjaga pertahanan dan kedaulatan negara. TNI pun dilengkapi dengan pasukan elite yang punya keunggulan dan kemampuan khusus di tiga matra.

Setiap matra memiliki pasukan elite atau khusus. Pasukan ini dibentuk untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar.

Pasukan elite Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU), memiliki kekuatan serta kemampuan yang khas dalam menghadapi berbagai ancaman. Mereka dilatih cara kepemimpinan hingga teknik bertahan hidup di setiap situasi dan kondisi.

Baca juga: Deretan Alutsista Andalan TNI, Pesawat Tempur hingga Rudal Anti-kapal

Mengutip dokumentasi Kompaspedia dan Kompas.com, berikut enam pasukan elite yang dimiliki TNI beserta ciri khas dan kemampuan khususnya.

KopassusKOMPAS/KARTONO RYADI Kopassus

Kopassus

Korps Baret Merah, begitu publik mengenal pasukan elite ini. Hal ini lantaran baret berwarna merah yang menjadi ciri khas pasukan khusus TNI AD yang didirikan pada 16 April 1952 tersebut.

Kopassus merupakan akronim dari Komando Pasukan Khusus. Namun, mulanya pasukan ini tidak langsung menggunakan nama Kopassus.

Dikutip dari Kompaspedia, 4 Oktober 2020, Kopassus pernah beberapa kali berganti nama, yakni Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).

Pasukan ini baru mengukuhkan nama menjadi Kopassus pada 1985. Sejak 1996, Kopassus dipimpin oleh mayor jenderal atau jenderal bintang dua.

Baca juga: Panglima TNI: Sehebat Apa Pun Alutsista, Faktor Utama Tetap SDM

Anggota Kopassus dibekali sejumlah kemampuan khusus di antaranya gerak cepat dalam setiap medan, menembak cepat, pengintaian dan anti-teror. Moto yang dimiliki Kopassus adalah Berani, Benar, dan Berhasil.

Cikal bakal terbentuknya Kopassus diawali dari Kesatuan Komando Tentara Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT) yang bertugas menumpas Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku 16 April 1952.

Sejumlah operasi berhasil dilakukan Kopassus, yakni penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur.

Kopassus juga berhasil melakukan operasi pembebasan di luar negeri, salah satunya penyanderaan di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla).

Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL melakukan penyerbuan saat infiltrasi ke garis depan penyerbuan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL melakukan penyerbuan saat infiltrasi ke garis depan penyerbuan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.

Kopaska

Kopaska atau Komandan Pasukan Katak merupakan pasukan elite TNI AL yang berdiri atas arahan Presiden Soekarno.

Saat itu, Soekarno memberi arahan untuk mendukung kampanye pembebasan Irian Barat pada 31 Maret 1962, dengan mendirikan Kopaska. Ciri khas prajurit Kopaska ditandai dengan baret berwarna merah marun.

Prajurit Kopaska memiliki tugas untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan berkekuatan amfibi.

Baca juga: Alur Sejarah Lahirnya Tentara Nasional Indonesia

Selain dituntut memiliki kemampuan dominan di lingkup maritim, prajurit Kopaska juga harus memiliki kemampuan dasar lainnya, seperti terjun payung dan menembak.

Hal ini sebagai bekal bagi prajurit ketika ditugaskan bertempur, tidak hanya di lautan melainkan juga di puncak gunung.

Kopaska memiliki semboyan Tan Hana Wighna Tan Sirna. Semboyan ini memiliki arti tak ada rintangan yang tak dapat diatasi.

Pasukan elite ini berhasil melakukan operasi militer di antaranya pembebasan Papua Barat, Operasi Khusus Kikis Bajak, dan Operasi Khusus Lusitania Expresso.

Aksi personel Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Marinir TNI Angkatan Laut saat memeriahkan upacara pengangkatan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebagai warga kehormatan Korps Marinir di Lapangan Apel Brigif 2 Marinir, Cilandak, Jakarta, Selasa (9/12). Selain defile dan atraksi, upacara itu juga diisi peragaan personel Marinir dalam perang jarak dekat. Pengangkatan sebagai warga kehormatan itu sebagai penghargaan atas jasa Ryamizard untuk kemajuan Korps Marinir.KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Aksi personel Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Marinir TNI Angkatan Laut saat memeriahkan upacara pengangkatan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebagai warga kehormatan Korps Marinir di Lapangan Apel Brigif 2 Marinir, Cilandak, Jakarta, Selasa (9/12). Selain defile dan atraksi, upacara itu juga diisi peragaan personel Marinir dalam perang jarak dekat. Pengangkatan sebagai warga kehormatan itu sebagai penghargaan atas jasa Ryamizard untuk kemajuan Korps Marinir.

Denjaka

Pasukan elite ini memiliki nama lengkap Detasemen Jala Mangkara. Dikenal publik dengan nama Denjaka, pasukan milik TNI AL ini dibentuk pada 4 November 1982.

Namun, saat itu belum bernama Denjaka, melainkan Pasukan Khusus AL (Pasusla). Pasukan ini dibentuk untuk menanggulangi ancaman aspek laut, yakni terorisme, sabotase, dan lainnya.

Para prajurit yang direkrut masuk Pasusla di antaranya personel Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Kopaska.

Kemudian, pada 12 November 1984, pasukan ini baru menggunakan nama Denjaka karena perkembangan pasukan yang begitu mumpuni.

Baca juga: Mengenal Koopssus TNI, Satuan Gabungan Pasukan Elite Atasi Terorisme

Tidak hanya menindak cepat, para prajurit pasukan ini juga dituntut efektif bertindak menghadapi segala bentuk aksi teror.

Mereka bahkan dituntut untuk sedapat mungkin menghindari korban jiwa dan material di pihak sendiri ketika menindak aksi teror.

Prajurit Denjaka memiliki kemampuan fisik yang berfokus di laut. Mereka dituntut menguasai kemampuan seperti pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara, penguasaan metode bawah air, dan lintas atas air senyap.

Detasemen yang menjadi satuan anti-teror di bawah komando pelaksana Korps Marinir ini memiliki moto Satya Wira Dharma. Ciri khas pasukan ini yaitu pada seragam hitam lengkap dengan baret ungu.

Prajurit Paskhas TNI AU mengikuti Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4/2019). TNI dan POLRI siap mengamankan pelaksanaan Pemilu serentak pada hari Rabu 17 April 2019 mendatang dengan menjamin keamanan masyarakat sampai ke TPS.ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN Prajurit Paskhas TNI AU mengikuti Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4/2019). TNI dan POLRI siap mengamankan pelaksanaan Pemilu serentak pada hari Rabu 17 April 2019 mendatang dengan menjamin keamanan masyarakat sampai ke TPS.

Paskhas

Pasukan elite berikutnya yakni Korps Pasukan Khas atau Paskhas yang dimiliki oleh TNI AU.

Paskhas adalah pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara.

Paskhas memiliki moto Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana yang berarti bekerja tanpa menghitung untung dan rugi. Pasukan ini memiliki kemampuan terjun payung militer.

Ciri khas pasukan elite ini yaitu pada baret warna jingganya. Paskhas lahir pada 17 Oktober 1947, ditandai dengan penerjunan 13 anggotanya dengan pesawat Dakota RI-002 di Kota Waringin, Kalimantan Tengah.

Baca juga: HUT Ke-76 TNI, Jokowi: Kita Harus Bergeser dari Kebijakan Belanja ke Investasi Pertahanan

Sama seperti pasukan elite yang lain, Paskhas juga mengalami banyak pergantian nama. Awalnya, pasukan ini bernama Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat).

Pada 1985, namanya berubah menjadi Pusat Pasukan Khas (Puspaskhas). Selanjutnya, tahun 1997 berubah menjadi Korps Pasukan Khas atau yang disebut Korpaskhas.

Selama bertugas, para prajurit Paskhas berhasil melakukan penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja.

Saat masih bernama Kopasgat, prajurit pasukan elite ini berhasil melakukan Operasi Seroja di Timor Timur.

Pembentukan Taipur Gelombang VII Kostradwikipedia Pembentukan Taipur Gelombang VII Kostrad

Tontaipur

Pasukan elite ini bernama lengkap Satuan Peleton Intai Tempur. Pasukan ini termasuk dalam Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad).

Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu yang memprakarsai terbentuknya Tontaipur pada 2001. Saat itu, Ryamizard masih menjabat Pangkostrad.

Awalnya dinamai Pleton Intai Keamanan (Tontaikam) Brigade, hingga akhirnya dijadikan Peleton Intai Tempur dan pada 2005 ditingkatkan menjadi Kompi Taipur.

Baca juga: Serahkan Jabatan Ke Prabowo, Ryamizard Pesan soal Bela Negara hingga Ancaman Khilafah

Prajuritnya memiliki keahlian khas, yaitu melakukan infiltrasi ke jantung musuh secara senyap untuk sabotase.

Adapun prioritas tugas yang diberikan kepada para prajurit biasanya di gunung, dan kota. Namun, prajurit pasukan elite ini pernah terlibat dalam misi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus di Somalia pada 2011.

Ciri khas pasukan ini yaitu senjata berupa senapan serbu, pistol, sangkur, dan sniper. Tak hanya itu, para prajuritnya juga dibekali senjata berupa sumpit yang dilengkapi jarum beracun. Biasanya, racun berasal dari getah pohon atau bisa ular.

Prajurit Batalyon Intai Amfibi 1 Korps Marinir (Yontaifib) TNI AL melakukan pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (17/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Prajurit Batalyon Intai Amfibi 1 Korps Marinir (Yontaifib) TNI AL melakukan pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (17/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang.

Yontaifib

Pasukan yang merupakan bagian Korps Marinir TNI AL ini memiliki semboyan Maya Netra Yamadipati. Makna semboyan ini, bergerak dengan cepat, rahasia dan mematikan dalam setiap pertempuran.

Yontaifib merupakan akronim dari Batalyon Intai Amfibi. Pasukan elite ini awalnya dibentuk karena Korps Marinir TNI AL yang memerlukan data-data intelijen lengkap.

Baca juga: HUT Ke-76 TNI, Pimpinan DPR Ingatkan soal Jati Diri Tentara Rakyat

Pasukan ini, awalnya bernama Komando Intai Para Amfibi atau KIPAM. Adapun hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komandan KKO AL No.47/KP/KKO/1961 tanggal 13 Maret 1961.

Tugas Yontaifib yaitu membina dan menyediakan kekuatan amfibi maupun darat. Selain itu, tugas para prajuritnya yaitu melakukan operasi khusus dalam pelaksanaan operasi amfibi dan satuan tugas TNI AL.

Ciri khas Yontaifib yaitu prajuritnya memakai baret ungu khas Marinir. Akan tetapi, Yontaifib berbeda dengan Marinir yang pada umumnya menggunakan Brevet 'Tri Media' di samping Pataka Korps Marinir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Gibran Minta Petuah Saat Sowan ke Wapres Ma'fuf Amin

Nasional
Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, TKN: Daripada Capek-capek PTUN

Nasional
Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga 31 Mei 2024

Nasional
Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas Ungkap Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama di Pilkada DKI, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com