Sabam secara terbuka mengungkapkan ketidaksetujuannya kepada Gus Dur terkait sikap politik Gus Dur yang bersedia dicalonkan menjadi Presiden RI dalam Sidang Umum MPR 1999.
Mestinya, saat itu yang lebih berhak menjadi calon Presiden adalah Megawati sebab PDI P menjadi pemenang Pemilu.
Meski Gus Dur tetap maju dan terpilih menjadi Presiden menggantikan Habibie, Sabam tetap bersahabat dengan Gus Dur.
Baca juga: Sinta Wahid Kenang Persahabatan Gus Dur dan Sabam Sirait
Mereka berdua bahkan saling berjanji akan saling mengantarkan jenazah salah satu dari mereka yang meninggal lebih dulu.
Persahabatan Sabam dengan Gus Dur menunjukkan bahwa pemeo “tidak ada kawan dan lawan abadi dalam politik yang ada kepentingan abadi” tidak selamanya benar.
Sabam adalah politisi Kristen yang terang-terangan menentang agresi Israel di Palestina. Ia beberapa kali ikut demonstrasi bersama salah satu partai Islam dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Sabam secara terang-terangan menyebut agresi Israel sebagai praktik kolonialisme. Ia tidak ragu kehilangan dukungan dari orang Kristen yang sebagian (besar?) lebih berpihak kepada Israel.
Bagi Sabam, kolonialisme itu adalah musuh kemanusiaan, bukan hanya musuh umat Islam.
Sikap politiknya ini seakan menegaskan apa yang pernah Gus Dur sampaikan: yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.
Menurut Sabam, politisi wajib terus belajar dan memperluas wawasan. Membaca adalah keharusan agar politisi tidak asal bicara.
Nampaknya, prinsip ini bertolak dari pengalaman Sabam yang mendapatkan banyak hal berharga dari kebiasaan membaca.
Sejak masih duduk di bangku sekolah Dasar, Sabam hobi membaca, entah itu surat kabar atau buku-buku di perpustakaan.
Sabam bukan hanya belajar dari buku. Ia juga belajar dari praktik politik, termasuk dari tokoh politik. Ia mengaku belajar banyak dari Soekarno.
Meski pun hanya bertemu dua kali dengan Soekarno, tetapi Sabam merasa roh, inspirasi dan pemikiran Bung karno masih hidup dan layak dipraktikkan dalam kehidupan politik.
Semangat belajar dan wawasan yang luas mestinya menjadi kualitas yang hadir dalam diri para politisi.
Negeri ini membutuhkan politisi cerdas dan berwawasan luas bukan politisi yang hanya mengandalkan uang dan popularitas dalam menarik simpati rakyat dalam pemilu.
Sabam Sirait, pendiri PDI Perjuangan yang mendapat penghargaan bintang Mahaputera Utama itu telah tiada secara jasmani. Baca juga: Upacara Militer Iringi Prosesi Pemakaman Sabam Sirait di TMP Kalibata
Kepergiannya, mengutip Nelson Mandela- is something inevitable. When a man has done what he considers to be his duty to his people and his country, he can rest in peace.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.