TIDAK banyak politisi yang bisa berpolitik bersama 7 presiden Indonesia. Almarhum Sabam Sirait, yang meninggal dunia 29 September 2021 lalu, salah satunya.
Sabam memiliki pengalaman politik yang kaya. Ia berpolitik bersama Soekarno, Soeharto, Habibie, Megawati, Gus Dur, SBY, dan Jokowi.
Hebatnya, Sabam bukan sekedar eksis di 7 orde politik yang berbeda. Ia juga memiliki rekam jejak politik yang relatif baik.
Satu catatan penting tentang Sabam adalah soal kedekatannya dengan Megawati Soekarnoputri. Jika tak ada Sabam, barangkali kita tidak akan melihat sosok Megawati di panggung politik nasional.
Sampai dengan 1987, masyarakat tidak pernah mendengar nama Megawati. Baca: Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara
Cornelis Lay, dalam pengantar buku Sabam Sirait, Berpolitik bersama 7 Presiden menjelaskan mengapa Sabam Sirait bisa demikian sebagai politisi: loyal pada prinsip, lentur dalam bermanuver.
Ya, Sabam memiliki political wisdom: tak mudah patah memperjuangan prinsip sekaligus bisa berdamai dengan real politic yang membutuhkan kompromi.
Memakai bahasa kitab suci Kristiani yang menjadi keyakinan Sabam Sirait, ia menghidupi imperatif Yesus Kristus: hidup cerdik seperti ular namun tulus seperti merpati.
Kombinasi kecerdikan dan ketulusan itulah yang membuatnya berhasil mewarnai kancah politik nasional melalui keterlibatannya dalam peristiwa -peristiwa politik penting di republik ini.
Berikut 6 prinsip politik Sabam Sirait yang bisa dijadikan inspirasi untuk kehidupan politik negeri ini, yang bersumber dari narasi dalam buku Sabam Sirait: Berpolitik bersama 7 Presiden.
Sabam Sirait menarik pelajaran penting dari kepercayaan Soekarno kepada Johannes Leimena. Om Jo- sapaan Sabam kepada Leimena- adalah satu satunya menteri yang menjabat selama 21 tahun tanpa jeda.
Ia masuk dalam 18 kabinet yang berbeda (1946-1966). Soekarno juga tujuh kali mengangkat Leimena menjadi pejabat Presiden setiap kali ia melawat ke luar negeri.
Menurut Sabam, Soekarno demikian percaya kepada Leimena karena integritas Leimena.
Panggilan Soekarno kepada Leimena adalah domine, yang berarti Pendeta. Soekarno melihat Leimena memiliki jiwa pendeta sebab selalu memikirkan kepentingan rakyat kecil dan bekerja dengan tulus.
Legacy Leimena adalah Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas). Ia membuat Puskesmas karena ingin masyarakat kecil memiliki kesehatan yang baik.