Kecurigaan inilah yang menjadi dasar agar puluhan warga tersebut tak bergabung dalam pelatihan kelompok tersebut.
"Sebetulnya latihan kan biasanya di Halim, kok beda latihannya, saya minta mereka jangan ikut," kata Syakrim yang saat itu telah menjadi tokoh warga di wilayahnya.
Di kemudian hari, diketahui bahwa ajakan yang dilakukan pemuda tersebut berkaitan dengan aktivitas PKI.
Pada saat terjadi Gerakan 30 September, ia mengaku melihat sejumlah jenazah dimasukkan ke dalam sumur. Namun, dia tidak begitu melihat jelas karena saat melihat itu dia kemudian ditodong sejumlah Pemuda Rakyat, yang terafiliasi dengan PKI.
Nasibnya cukup beruntung, karena dia berhasil selamat dan segera meninggalkan lokasi.
Pada Jumat pagi, 1 Oktober 1965, barulah dia mendengar adanya pembunuhan terhadap para jenderal yang dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya.
Lantas, ia mendatangi lokasi itu. Ia melihat mayat-mayat para jenderal sudah terbaring di atas tanah, setelah sebelumnya sempat dibuang ke dalam sumur tua.
Informasi ini kemudian langsung cepat menyebar di tengah warga di wilayahnya.
Puluhan warga yang sebelumnya meminta pendapat terhadap Syakrim juga menerima kabar terkait pembunuhan para jenderal ini.
Syakrim mengatakan, ketika mendengar peristiwa ini, puluhan warga yang sebelumnya sempat diajak bergabung menjalani latihan kaget.
"Mereka bilang, 'wah benar juga, untung Ustaz larang, kalau masuk (bergabung) bisa ketangkap'. Jadi pada gembira dan terima kasih ke saya," ucap Syakrim.
Baca juga: Film Pengkhianatan G30S/PKI, Karya Seni yang Dianggap Meneror Satu Generasi
Diketahui, para korban pembunuhan di Lubang Buaya antara lain, Letjen Ahmad Yani, Mayjen TNI Suprapto, Majen TNI S Parman, Mayjen TNI M T Hartono, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D I Panjaitan, dan Lettu Piere Tendean.
Setelah peristiwa itu pecah, pihak militer kemudian memburu para anggota dan simpatisan PKI yang diduga menjadi dalang dalam peristiwa pemberontakan tersebut.
Dalam perburuan ini, ternyata pihak militer sempat salah tangkap. Ada delapan warga Lubang Buaya yang diamankan dan dibawa ke Kodam III/Siliwangi. Mereka diduga merupakan seorang simpatisan PKI.
Penangkapan yang dilakukan pihak militer terhadap delapan warga tersebut sampai di telinga Syakrim. Ia mengenal kedelapan orang tersebut dan dipastikan tidak berafiliasi dengan PKI.
Syakrim kemudian melaporkan kepada Lurah Lubang Buaya saat itu agar bisa membebaskan delapan warganya.
Ketika melaporkan, yang terjadi saat itu Pak Lurah justru ketakutan. Lurah tak mau mendatangi Kodam III/Siliwangi karena khawatir ia akan diamankan juga.
Baca juga: Film G30S/PKI dan Beda Cara Setiap Pemerintah Sikapi Peristiwa 1965...