Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Tokoh Agama di Lubang Buaya Terkait Peristiwa Gerakan 30 September 1965...

Kompas.com - 03/10/2021, 05:30 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Kecurigaan inilah yang menjadi dasar agar puluhan warga tersebut tak bergabung dalam pelatihan kelompok tersebut.

"Sebetulnya latihan kan biasanya di Halim, kok beda latihannya, saya minta mereka jangan ikut," kata Syakrim yang saat itu telah menjadi tokoh warga di wilayahnya.

Di kemudian hari, diketahui bahwa ajakan yang dilakukan pemuda tersebut berkaitan dengan aktivitas PKI.

Pada saat terjadi Gerakan 30 September, ia mengaku melihat sejumlah jenazah dimasukkan ke dalam sumur. Namun, dia tidak begitu melihat jelas karena saat melihat itu dia kemudian ditodong sejumlah Pemuda Rakyat, yang terafiliasi dengan PKI.

Nasibnya cukup beruntung, karena dia berhasil selamat dan segera meninggalkan lokasi.

Baca juga: TNI Dituduh Disusupi PKI Gara-gara Bongkar Patung Sejarah G30S/PKI, AY Nasution: Tudingan Terlalu Dangkal

Pada Jumat pagi, 1 Oktober 1965, barulah dia mendengar adanya pembunuhan terhadap para jenderal yang dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya.

Lantas, ia mendatangi lokasi itu. Ia melihat mayat-mayat para jenderal sudah terbaring di atas tanah, setelah sebelumnya sempat dibuang ke dalam sumur tua.

Informasi ini kemudian langsung cepat menyebar di tengah warga di wilayahnya.

Puluhan warga yang sebelumnya meminta pendapat terhadap Syakrim juga menerima kabar terkait pembunuhan para jenderal ini.

Syakrim mengatakan, ketika mendengar peristiwa ini, puluhan warga yang sebelumnya sempat diajak bergabung menjalani latihan kaget.

"Mereka bilang, 'wah benar juga, untung Ustaz larang, kalau masuk (bergabung) bisa ketangkap'. Jadi pada gembira dan terima kasih ke saya," ucap Syakrim.

Baca juga: Film Pengkhianatan G30S/PKI, Karya Seni yang Dianggap Meneror Satu Generasi

Memulangkan warga yang salah tangkap

Diketahui, para korban pembunuhan di Lubang Buaya antara lain, Letjen Ahmad Yani, Mayjen TNI Suprapto, Majen TNI S Parman, Mayjen TNI M T Hartono, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D I Panjaitan, dan Lettu Piere Tendean.

Setelah peristiwa itu pecah, pihak militer kemudian memburu para anggota dan simpatisan PKI yang diduga menjadi dalang dalam peristiwa pemberontakan tersebut.

Dalam perburuan ini, ternyata pihak militer sempat salah tangkap. Ada delapan warga Lubang Buaya yang diamankan dan dibawa ke Kodam III/Siliwangi. Mereka diduga merupakan seorang simpatisan PKI.

Penangkapan yang dilakukan pihak militer terhadap delapan warga tersebut sampai di telinga Syakrim. Ia mengenal kedelapan orang tersebut dan dipastikan tidak berafiliasi dengan PKI.

Syakrim kemudian melaporkan kepada Lurah Lubang Buaya saat itu agar bisa membebaskan delapan warganya.

Ketika melaporkan, yang terjadi saat itu Pak Lurah justru ketakutan. Lurah tak mau mendatangi Kodam III/Siliwangi karena khawatir ia akan diamankan juga.

Baca juga: Film G30S/PKI dan Beda Cara Setiap Pemerintah Sikapi Peristiwa 1965...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com