Kekuasaan Soekarno semakin terlucuti dengan adanya Surat Perintah 11 Maret atau biasa disebut Supersemar. Lewat Supersemar, Soeharto lalu mengambil alih kekuasaan dan membubarkan PKI serta menangkap 15 menteri Soekarno dengan tuduhan terlibat G30S/PKI.
Soekarno bukannya tak melawan. Buktinya di peringatan HUT RI pada 17 Agustus 1966, ia menyampaikan pidato yang berjudul "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah". Dalam pidato "Jas Merah" itu, Soekarno secara tidak langsung mengungkapkan Supersemar dialahtafsirkan untuk mengakhiri keuasaannya.
Namun pidato Soekarno itu seolah tak ada artinya karena tak mampu mengubah situasi politik yang telah dikuasai Soeharto.
Perlawaan kembali dilakukan Bung Karno lewat pidatonya yang berjudul "Nawaksara". Namun pidato pertanggungjawaban itu ditolah oleh MPRS. Di pidato tersebut, Soekarno bersikeras tak mamu membubarkan PKI.
Soekarno mengatakan kemelut G30S/PKI sejatinya disebabkan oleh tiga aspek. Pertama karena pimpinan PKI yang keblinger. Kedua diakibatkan oleh tndakan subversif Neokolim, yakni adanya pihak asing yang diduga sudah masuk ke Indonesia seperti CIA. Ketiga adanya oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Entah ini maksudnya adalah Soeharto atau bukan. Hal itu tidak dikatakan oleh Soekarno," tutur Asvi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.