JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman memprediksi, gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi di akhir tahun 2021. Namun, gelombang tersebut tidak sebesar gelombang kedua Covid-19 pada Juli lalu.
Sebab, jumlah masyarakat yang divaksinasi dosis lengkap Covid-19 semakin meningkat.
"Kemudian ditambah dengan untuk konteks Indonesia, jumlah penduduk kita yang besar itu di episentrum kemarin di Jawa, selain sebagian sudah divaksinasi lengkap sebagiannya masih dalam status imun," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/9/2021).
Dicky juga mengatakan, penyebab gelombang ketiga Covid-19 tidak sebesar gelombang kedua karena peningkatan kasus merambah ke daerah pesisir Pulau Jawa dan daerah di luar Jawa-Bali.
Baca juga: Masih Ada 27 Persen Warga Jakpus yang Belum Divaksin Covid-19
Dua wilayah tersebut, lanjutnya, memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit dan tersebar secara demografi sehingga tidak terjadi ledakan kasus seperti gelombang kedua.
Kendari demikian, Dicky mengatakan, kasus kematian dari Covid-19 akan meningkat sekitar 3 pekan setelah terjadi lonjakan kasus.
"Karena secara sosial, ekonomi, kesehatan, demografi daerah pesisir dan luar Jawa itu lebih lemah daripada Jawa-Bali dan kemudian masalah fasilitas kesehatan, masalah SDM, minimnya vaksinasi di luar Jawa dan daerah pesisir, ini yang bisa berpotensi angka kematian bisa mendekati sama seperti kemarin, mendekati paling buruknya sama," ujarnya.
Dicky mengatakan, kombinasi pelonggaran aktivitas masyarakat yang berlebihan dan mobilitas massa yang besar akan menjadi pemicu gelombang ketiga Covid-19.
Berdasarkan hal tersebut, ia meminta konsep dasar pengendalian pandemi Covid-19 yaitu menemukan kasus Covid-19 dengan 3T yaitu testing, tracing dan treatment ditingkatkan.
Baca juga: IDAI: Jawa Tengah Catat Kasus Kematian Covid-19 pada Anak Terbanyak
Selain itu, mengejar capaian vaksinasi dan tetap menerapkan protokol Kesehatan.
Lebih lanjut, Dicky mengatakan, skenario terburuk pandemi Covid-19 akan berakhir sampai 2025. Namun, ia optimistis pandemi dapat berakhir pada akhir tahun 2022.
"Prediksi optimistis sampai akhir tahun depan, prediksi optmistis dengsn asumsi capaian vaksinasi September tahun depan sudah 70 persen populasi global divaksinasi lengkap," ucap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.