Mantan guru besar tamu di Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda, dan Universitas Katolik Leuven di Belgia ini pun terkenal dengan ucapannya bahwa birokrasi negara ibarat rumah sakit gila.
Baca juga: Guru Besar FK Unair Sampaikan Rekomendasi Penanganan Covid-19 ke Pemerintah
Birokrasi dipenuhi penyelenggara yang gila kuasa, pangkat, jabatan, serta korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Mantan Ketua Asosiasi Kriminolog Indonesia ini tidak berlebihan dan mengada-ada.
Rentetan peristiwa penangkapan pejabat tinggi negara karena kasus korupsi atau kejahatan lain menjadi bukti bahwa birokrasi belum bersih, apalagi sembuh dari sakit akibat ”kanker ganas”.
Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang tanpa tedeng aling-aling alias pengkritik yang tegas dan tanpa kompromi.
Kehidupannya tetap sederhana dan bersahaja meski banyak orang menganggapnya sosok yang hebat.
Bapak tiga anak ini juga sempat berkiprah di Komisi Hukum Nasional (KHN) untuk mengawal agenda-agenda pembaruan hukum nasional.
Dia pun pernah terjun ke dunia politik untuk mengawal pembaruan hukum agar dapat diwujudkan sekaligus berperan mengawasi pemerintahan.
Baca juga: Mahasiswa UK Petra Olah Limbah Padat Jadi Barang Bernilai Tinggi
Saat terjun di politik, Sahetapy pernah menjadi anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Selain berkarya di bidang hukum dan politik, JE Sahetapy juga memberikan perhatian pada dunia pendidikan. Khususnya pendidikan tinggi.
Sahetapy mulai terlibat di Universitas Kristen (UK) Petra sejak 1963 dengan merintis pendirian Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) Petra yang terpisah dari Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra.
Pemisahan itu bertujuan agar penyelenggaraan dan tata kelola pendidikan tinggi lebih baik.
Almarhum adalah penulis syair ”Himne UK Petra”.
Baca juga: Biaya Kuliah S1 Jalur Mandiri 9 PTN, Ada UI, Unair, IPB hingga UGM
Sahetapy adalah anggota pengurus YPTK Petra 1968-1970 dan 1979-1984. Jabatan Ketua Pengurus YPTK Petra diemban pada kurun 1986-2018.
Kemudian Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UK Petra pada 1962-1966, Rektor UK Petra 1966-1969, dan Pembantu Khusus Rektor UK Petra 1969-1986.
Rektor Universitas Kristen Petra, Djwantoro Harjito, menyatakan, sivitas kampus berduka dan merasa kehilangan amat besar.
Jelang ulang tahun ke-60, UK Petra kehilangan sosok yang pernah membesarkan dan memimpin kampus tersebut.
”Sangat kehilangan sosok yang berkontribusi besar dalam perjalanan UK Petra hingga saat ini,” ujar Djwantoro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.