5 orang meninggal
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyebut ada lima orang yang meninggal akibat aksi #ReformasiDikorupsi pada September 2019 lalu. Kelima korban tersebut adalah:
Baca juga: Korban Kekerasan Aparat dalam Aksi Reformasi Dikorupsi Mengadu ke Ombudsman
Randi dan Yusuf
Randi dinyatakan meninggal dunia akibat luka tembak di dada sebelah kanan pada 26 September 2019.
Ketua tim dokter forensik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari, Raja Al Fatih Widya Iswara, mengatakan, Randi tewas setelah mengalami luka tembak peluru tajam.
"Peluru masuk dari ketiak kiri melewati jalur panjang dan bengkok, menembus organ paru-paru kanan dan kiri, pembuluh darah, dan bagian mediastinum, yakni organ di antara rongga paru kanan dan kiri," kata Al Fatih.
Baca juga: Ini Sosok Randi dan Yusuf, 2 Mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari yang Tewas Saat Demo
Sementara itu, KontraS menduga Yusuf juga tewas akibat ditembak di depan gedung Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Tenggara, 26 September 2019.
"Diduga penembakan pertama terjadi terhadap Yusuf di pintu samping Disnakertrans, disusul dengan penembakan Randi," kata Koordinator Badan Pekerja Kontras, Yati Andriyani, di kantornya, Jakarta, Senin (14/10/2019).
Investigasi KontraS dilakukan dengan metode wawancara saksi mata di lapangan. KontraS juga melakukan komunikasi dengan lembaga Ombudsman dan tim kuasa hukum korban serta kroscek dengan media di lokasi kejadian.
Baca juga: Ini Sosok Randi dan Yusuf, 2 Mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari yang Tewas Saat Demo
Maulana Suryadi
Maulana Suryadi meninggal dengan bersimbah darah usai mengikuti demo di sekitar gedung DPR RI pada 25 September 2019. Awalnya orang tua Maulana tidak mengetahui bahwa anaknya telah meninggal.
Orang tuanya baru tahu ketika polisi menjemputnya untuk melihat jenazah Maulana di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Saat itu, tangis ibu Maulana, Maspupah, pecah kala melihat tubuh anaknya telah kaku dan biru.
Maspupah pun diminta menandatangani surat oleh polisi. Dia tidak ingat jelas isi suratnya. Namun, yang dia ingat surat itu berisi keterangan bahwa anaknya meninggal karena asma.
"Isi suratnya bilang kalau Maulana Suryadi kena gas air mata dan asma," kata dia.
Baca juga: Cerita Malam Terakhir Maulana Suryadi hingga Tewas di Tengah Kerusuhan di Sekitar DPR
Maspupah mengakui anaknya memang punya latar belakang asma. Namun, kecurigaan Maspupah kembali muncul ketika jenazah anaknya hendak dimandikan dan disalatkan.
Terlihat banyak luka pukul pada bagian belakang tubuh Maulana. Darah bahkan kerap keluar dari telinga dan hidung. Dia pun geram, kesal dan sedih karena melihat keadaan tersebut. Dia ingin mencari keadilan, namun sadar dia bukan siapa-siapa dan tidak tahu harus menuntut ke mana.
"Saya enggak terima kalau anak saya dipukulin sampai meninggal. Dunia akhirat saya enggak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena penyakit dan kehendak Allah, saya ikhlas," kata Maspupah.
Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebelumnya memastikan tak ada tanda kekerasan pada jasad Maulana.