Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemeriksaan Spesimen di Bawah 100.000, Alarm agar Tak Terjadi Lagi Lonjakan Kasus Covid-19

Kompas.com - 17/09/2021, 14:20 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pemeriksaan spesimen periode terakhir, 16-17 September 2021 memperlihatkan semakin sedikitnya jumlah tes Covid-19 yang dilakukan pemerintah.

Sebab, jumlah pemeriksaan spesimen terkait Covid-19 hanya mampu di bawah 100.000 dalam 24 jam terakhir, yaitu sebanyak 99.130 sampel.

Pada periode yang sama, ada 54.766 orang yang diambil sampelnya untuk pemeriksaan spesimen.

Baca juga: UPDATE 16 September: Spesimen Covid-19 yang Diperiksa dalam Sehari di Bawah 100.000

Jumlah pemeriksaan spesimen ini terbilang memprihatinkan jika melihat target pemerintah yang ingin mengejar pemeriksaan 400.000 spesimen dalam sehari.

Pemerintah melalui sejumlah pejabat pernah beberapa kali menyatakan akan menggencarkan testing terkait Covid-19.

Namun, faktanya pemeriksaan spesimen tidak pernah di atas 300.000 spesimen dalam sehari.

Pemerintah hanya sanggup memeriksa hingga 294.470 spesimen, yang terjadi pada 22 Juli 2021.

Saat itu, pemeriksaan memang tinggi di saat jumlah kasus aktif sedang mengalami lonjakan luar biasa, di atas 500.000 orang.

Baca juga: UPDATE: Tambah 294.470 Spesimen yang Diperiksa, Positivity Rate Tembus 42,28 Persen

Tren sebelum lonjakan?

Sejak 28 Juni 2021, ini untuk kali pertama jumlah pemeriksaan spesimen Covid-19 Indonesia di bawah 100.000. Jumlah spesimen yang diperiksa pada 28 Juni itu sebanyak 98.187 sampel.

Bahkan, selama periode Juni 2021, jumlah tes Covid-19 banyak yang di bawah 100.000.

Dalam catatan Kompas.com, jumlah pemeriksaan spesimen pada 1 Juni hanya mencapai 75.945 sampel. Kemudian pada 2 Juni turun yaitu 64.830 sampel.

Pada 3 Juni, jumlah pemeriksaan spesimen 95.200 sampel dan 89.025 sampel pada 5 Juni.

Data pemeriksaan spesimen makin turun pada 6 Juni yakni 64.223 sampel. Kemudian, 64.056 sampel pada 7 Juni dan 97.949 sampel pada 12 Juni 2021.

Baca juga: Kemenkes: Testing Covid-19 Indonesia Sudah 3 Kali Lipat dari Standar WHO

Pada 13 Juni, jumlah pemeriksaan spesimen 70.468 sampel, dan pada 14 Juni tercatat hanya 69.314 sampel.

Lalu, pada 20 Juni pemeriksaan spesimen tercatat 89.183 sampel, 84.418 sampel pada 21 Juni, 98.904 sampel pada 27 Juni.

Pemeriksaan spesimen yang turun menyebabkan kasus terkonfimasi positif Covid-19 pada Juni 2021 ikut menurun.

Baca juga: UPDATE: Penurunan Kasus Covid-19 Diiringi Turunnya Testing

Minimnya pemeriksaan spesimen dikhawatirkan membuat pemerintah terkesan mengabaikan potensi lonjakan kasus Covid-19.

Sebab, testing merupakan bagian penting dalam penanganan, selain tracing dan treatment.

Jumlah testing yang sedikit memperlihatkan tracing yang tidak berjalan optimal, dan berpotensi membahayakan jika treatment tidak siap menghadapi lonjakan. 

Hal ini yang terjadi dalam periode terparah pandemi Covid-19 di Indonesia, yang terjadi sekitar akhir Juni hingga pertengahan Agustus 2021.

Sejak akhir Juni hingga Juli 2021, kasus positif Covid-19 meningkat tajam dan mencapai puncak lonjakan pada 15 Juli 2021 yaitu sebanyak 56.757 kasus dalam sehari.

Baca juga: Kasus Covid-19 Bertambah 56.757 Orang dalam Sehari, PPKM Darurat Belum Berhasil Tekan Lonjakan

Jika melihat jumlah pemeriksaan pada Juni 2021 yang minim, dengan banyaknya pemeriksaan spesimen di bawah 100.000 per hari, maka bisa dibilang kalau pemerintah kaget menghadapi lonjakan kasus sejak awal Juli 2021.

Akibatnya, terjadi penumpukan pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit dan kurangnya stok oksigen.

Dalam kondisi ini, pemerintah mengambil kebijakan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Selama periode Juli tersebut, pemeriksaan spesimen mulai ditingkatkan lagi hingga 200.000 sampel yang diperiksa per hari.

Baca juga: Jokowi: Seminggu Terakhir Testing Kita 130.000-140.000, Masih Sedang

Tes sedikit, pemerintah euforia?

Pada awal Agustus, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan menjanjikan akan meningkatkan jumlah pemeriksaan testing Covid-19 hingga 300.000-400.000 tes per hari.

Peningkatan jumlah testing ini, kata Budi, akan diiringi dengan penambahan jumlah tracer atau pelacak kontak erat kasus Covid-19, salah satunya dengan melibatkan personel TNI-Polri.

"Tracer juga sudah libatkan TNI-Polri dan kita perbaiki sistem agar misi lebih mudah. Kami berharap dua minggu ke depan signifikan, dan semua sudah terintegrasi jadi satu," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual, Senin (9/8/2021).

Baca juga: Menkes: Lebih Baik Kasus Covid-19 Tinggi karena Testing Juga Tinggi

Namun, peningkatan jumlah testing terlihat hanya wacana yang disampaikan pemerintah.

Sebab, data memang memperlihatkan jumlah tertinggi pemeriksaan spesimen hanya mampu 294.470 sampel, yang terjadi pada 22 Juli 2021.

Pemerintah sebelumnya memperingatkan masyarakat untuk tidak euforia dengan tren menurunnya jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19.

Masyarakat diminta untuk terus mematuhi protokol kesehatan dan tetap mengurangi mobilitas.

Di sisi lain, pemerintah tentu perlu diingatkan untuk tidak euforia dengan menurunnya kasus Covid-19 dengan tetap mengoptimalkan pemeriksaan spesimen.

Sebab, jumlah testing Covid-19 akan memperlihatkan bahwa tracing masih berjalan, sehingga menimbulkan kesiapan treatment saat terjadi lonjakan kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com