Eks CEO Go-Jek ini mengatakan, calon guru penggerak memiliki karakter yang lugas dalam menyampaikan pendapat dan gagasan.
"Terutama, saya selalu melihat ada keresahan dalam diri guru-guru yang saya temui. Mereka semua ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan," kata Nadiem.
Di situ, Nuri pun menyampaikan ia pernah mengenyam delapan tahun sebagai guru dan tiga tahun sebagai kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah, kini memilih menjadi guru di sekolah negeri.
Berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun mengajar, ia mengaku bahwa pendidikan memang memerlukan transformasi.
"Kenapa sekolah negeri pinggiran tempat saya mengajar tidak sebagus sekolah swasta? Kemudian saya merasa tergerak," ucap Nuri.
Nuri kemudian menceritakan alasannya memilih kembali menjadi guru padahal sebelumnya ia sudah menyandang status kepala sekolah.
Menurut Nuri, sebagai kepala sekolah ia dihadapkan dengan berbagai beban administrasi yang membuatnya tidak leluasa mengajar.
Selain itu, Nuri juga setuju dengan kebijakan Kemendikbud Ristek saat menghapus Ujian Nasional (UN).
"Saya juga suka kebijakan Mas Menteri menghapus UN. Saya senang sekali," ucapnya.
Pembicaraan antara Nadiem beserta Nuri dan keluarga berlangsung hangat hingga waktunya istirahat malam.
Sebelum memulai peninjauannya ke SD Muhammadiyah, SMP Taman Dewasa Jetis, SMA Ma’arif dan berdialog dengan para kepala sekolah se-DIY hari ini, Nadiem pun menyempatkan berolahraga bersama dan mengunjungi taman wisata yang dikelola Nuri dan suami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.