Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi III: Implementasi Penanganan Lapas Omong Kosong, Menkumham Hanya Retorika

Kompas.com - 10/09/2021, 08:24 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Syarifuddin Sudding mengkritisi kinerja Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly usai insiden kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9/2021).

Menurutnya, kinerja Yasonna dalam menangani persoalan hukum dan HAM di Indonesia justru tidak mengalami perubahan yang mengarah pada perbaikan, terutama soal situasi kondisi di lembaga permasyarakatan.

"Implementasi di lapangan itu kosong, enggak ada sama sekali perbaikan, omong kosong, dan itu semua dirasakan, kita semua melihat. Kondisi lapas kita itu sangat memprihatinkan," kata Syarifuddin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/9/2021).

Baca juga: Anggota Komisi III Minta Menkumham Tanggung Jawab atas Kebakaran Lapas Tangerang

Syarifuddin menduga Yasonna hanya beretorika ketika rapat kerja bersama di Komisi III DPR tentang perbaikan lapas.

Politisi PAN ini kemudian menceritakan bagaimana pengalamannya saat mengunjungi beberapa lapas di Indonesia.

Ia menemukan banyak sekali persoalan di dalam lapas, mulai dari over populasi hingga petugas yang diskriminatif.

"Saya sering kunjungan ke lapas itu sungguh sangat memprihatinkan. Apalagi dikatakan itu over kapasitas sampai 400 persen. Itu sangat tidak manusiawi. Kita ini, walaupun di dalam itu narapidana, tapi ya tetap ada hak-hak kemanusiaan yang juga harus diperhatikan," jelasnya.

Baca juga: Ini Kronologi Kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang Menurut Menkumham

Syarifuddin melihat, kondisi tersebut tidak berubah ke arah lebih baik ketika Yasonna menjabat sebagai Menkumham.

Harusnya, kata dia, Yasonna segera melakukan revitalisasi jika pemerintah ingin dikatakan memiliki keinginan kuat untuk merombak kondisi lapas ke arah lebih baik.

Namun, menurutnya, perbaikan itu seolah sudah terlambat mengingat tragedi-tragedi kemanusiaan terus terjadi di lapas dengan yang terkini adalah kebakaran merenggut nyawa 44 orang di Lapas Kelas I Tangerang.

"Tapi, walaupun terlambat, saya kira Yasonna juga sudah terlalu lama jadi Menkumham. Tapi ya sudahlah, ini satu tragedi kemanusiaan yang terjadi di Lapas Tangerang. Tragedi yang saya kira ini sangat memprihatinkan kita semua," ungkapnya.

Baca juga: Menkumham Sebut Kondisi Korban Kebakaran Lapas Tangerang Sulit Dikenali, Perlu Tes DNA untuk Identifikasi

Oleh karena itu, dia mendesak Yasonna bertanggung jawab penuh atas insiden kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang.

Menurutnya, kebakaran itu jelas berkaitan dengan tanggung jawab Menkumham sebagai pengendali kebijakan pada lapas-lapas di seluruh Indonesia.

"Saya kira, Yasonna harus bertanggung jawab dalam persoalan ini. Jangan lagi tanggung jawab seakan-akan dialihkan kepada Kepala Lapas (Kalapas) atau Dirjen Pemasyarakatan. Tapi, Yasonna sebagai pengendali kebijakan harus bertanggung jawab penuh terhadap tragedi kemanusiaan ini," tegasnya.

Lebih lanjut, ia juga mendesak Yasonna mundur jika memiliki tanggung jawab moral. Jika Yasonna tak mundur, maka Presiden Joko Widodo harus mengevaluasi kinerjanya.

Baca juga: Lapas Bagansiapiapi, Lapas Terpadat Se-Indonesia, Kapasitas 100 Diisi 900 Orang

Sebelumnya diberitakan, kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang pada Rabu sekitar pukul 01.45 WIB telah menewaskan 44 warga binaan.

Sementara itu, puluhan orang lainnya dinyatakan berhasil dievakuasi dengan kondisi rincian mengalami luka ringan hingga berat.

Menkumham Yasonna Laoly mengakui bahwa adanya fakta over kapasitas dalam lapas tersebut hingga 400 persen.

Ia juga mengungkapkan dugaan sementara kebakaran karena adanya arus pendek listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com