Hal itu ia lihat dari fakta bahwa masih banyak rakyat yang kesulitan di tengah pandemi dan PPKM. Akibat krisis tersebut, jumlah pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat.
"Angka kemiskinan juga bertambah. Usaha rakyat banyak yang tutup dan kembang kempis. Sementara, bansos dengan jumlah kecil untuk rakyat pun dikorupsi," tutur dia.
Sayangnya, lanjut Netty, saat rakyat mengekspresikan keresahannya melalui kritik mural, aparat pemerintah justru melakukan penghapusan.
Hal itu menjadi perhatian baginya ketika pemerintah dinilai peka pada pujian, tetapi kritik justru diberangus.
"Pertanyaannya, kenapa kritik mural rakyat dihapus, tapi puji-puji yang minim data itu justru dipublikasikan luas di media," ucap Netty.
Baca juga: Saat Jokowi Banjir Dukungan Ketum Parpol Dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Oleh karena itu, menurut dia, sudah saatnya pemerintah fokus penanganan Covid-19 dan jangan sampai terbuai pujian.
Ia meminta, pemerintah memastikan semua sektor terus berkolaborasi mengendalikan pandemi dengan standar yang sama.
"Jangan sampai, di satu sisi dilakukan pengetatan, sementara di sisi lain masih ada program spesialisasi kementerian dan lembaga yang mensyaratkan kehadiran sejumlah peserta," kata Netty.
Lebih jauh, Netty juga meminta pemerintah tidak menutup telinga atas kritik dari rakyat atau dari siapa pun.
Ia mengingatkan, tujuan kritik adalah untuk memperbaiki kinerja pemerintah guna menyelamatkan rakyat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.