Pemerintah sendiri baru berencana akan memberikan suntikan vaksin ketiga untuk masyarakat umum setelah 12 bulan atau tahun depan.
Besar kemungkinan booster akan berbayar atau melalui skema BPJS. Booster akan digratiskan untuk penerima bantuan iuran BPJS, sedangkan masyarakat lain akan dikenakan ongkos yang tidak terlalu mahal (Kompas.com, 25 Agustus 2021).
Baca juga: Menkes Wacanakan Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga Berbayar, Harga Kisaran Rp 100.000
Sementara itu persoalan perlu tidaknya suntikan vaksin ketiga saja sampai sekarang masih menjadi perdebatan.
Ada yang menyebut, imunitas tubuh yang dihasilkan oleh vaksin dosis kedua akan turun dalam jangka waktu terentu
Tetapi ada juga yang berargumen, semua itu hanyalah “akal-akalan” produsen vaksin agar dagangannya laris.
Terlepas dari itu semua, tidak salah jika menengok pandangan akademis dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta, Bayu Satria Wiratama.
Epidemiolog ini berargumen, sebenarnya belum mendesak dan belum ada jaminan pemberian vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan (nakes) mujarab mencegah paparan varian Delta.
Menurutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab kematian para nakes. Disebutkan pula, belum ada bukti kuat bahwa dosis ketiga dibutuhkan terutama untuk melawan varian Delta (Ugm.ac.id. 10 Juli 2021).
Yang lebih penting adalah mengetahui kenapa ada nakes yang gugur meskipun sudah mendapat suntiksan vaksin dosis kedua. Apakah memang efektivitas vaksin yang rendah atau ada penyebab lain?
Untuk kesetaraan dan keadilan – termasuk dalam hal vaksinasi- sebagai sesama warganegara, tidak salahnya jika kepentingan umum diutamakan di atas kepentingan pribadi.
Sekalipun kalimat ini absurd tetapi setidaknya mengingatkan kembali sumpah jabatan yang selalu diucapkan di setiap pelantikan pejabat baru:
“Akan mengutamakan kepentingan rakyat, kepentingan umum, bahkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.”
Saya jadi teringat perjuangan Digma Marchya Agatha (23) relawan swab di Kediri, Jawa Timur, yang terpapar Covid dan akhirnya meninggal dunia.
Mahasiswi semester enam Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri ini memutuskan membaktikan dirinya sebagai relawan testing dan tracing di Kediri.
Rasio tracing di Kota Kediri tercatat berada di peringkat pertama di Jawa Timur. Alih-alih mendapat booster, mungkin juga Digma belum mendapat vaksin dosis kedua saat dia harus mengakhiri kiprah kemanusiannya yang langka dilakukan remaja di usianya (Kompas.com, 5 Agustus 2021).
Digma telah memberikan keteladanan bagi kita semua. Melakukan tindakan kemanusian tanpa perlu sorak pujian dan riuhnya liputan pemberitaan di media.
Digma mengajarkan kita semua untuk berbuat baik tanpa pamrih. Digma hanya masyarakat biasa yang berjuang dengan masker, bukan pejabat yang memburu booster.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.