Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2021, 07:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Amanat Nasional (PAN) dikabarkan merapat koalisi besar pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Awal kabar merapatnya PAN ke Istana disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem yang juga tergabung dalam parpol koalisi, Johnny G Plate usai pertemuan antara Presiden Jokowi dan petinggi parpol koalisi di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (25/8/2021) sore.

Dalam konferensi pers, Johnny yang juga merupakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu terang-terangan menyebut PAN sebagai sahabat baru pemerintah.

"Dan yang ketujuh, sahabat baru koalisi, Ketua Umum PAN Bapak Zulkifli Hasan didampingi oleh Sekjen PAN Bapak Eddy Soeparno," kata Johnny dalam konferensi pers yang dipantau melalui YouTube Kompas TV, Rabu malam.

Baca juga: Sekjen Nasdem Sebut PAN sebagai Sahabat Baru Koalisi Pendukung Pemerintah

Johnny mewakili parpol koalisi berharap, kehadiran PAN itu semakin memperkuat dan memperkaya gagasan, pandangan serta ide baru dalam rangka melanjutkan pemerintahan.

Diketahui, sebelum PAN bergabung, Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin didukung oleh enam parpol di parlemen, yakni PDI Perjuangan, Nasdem, Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Gerindra.

Sementara itu, di luar parlemen, pemerintah didukung oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Perindo.

Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga mengatakan, PAN telah menyatakan dukungan pada pemerintah sejak mulai dipimpin Zulkifli Hasan.

"PAN sejak kepemimpinan Ketum Bang Zul telah menegaskan sebagai partai politik pendukung pemerintah, ikut sebagai partai koalisi," kata Yoga saat dihubungi.

Hingga tulisan ini ditayangkan, Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jenderal Eddy Soeparno belum berkomentar soal isu bergabungnya PAN ke parpol koalisi pemerintah. 

Baca juga: Viva Yoga: PAN Sejak Kepemimpinan Zulkifli Hasan Tegaskan Dukung Pemerintah

Tanggapan partai-partai

Tanggapan pertama datang dari PKB yang merupakan parpol koalisi pemerintah. Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, tak menjadi soal jika PAN masuk dalam barisan partai pendukung pemerintah.

Menurut dia, sejak awal PAN memang sebaiknya berada bersama partai-partai pendukung pemerintah.

Baca juga: Soal PAN Merapat Koalisi, PKB: Seribu Teman Terlalu Sedikit

"Ya mau tidak mau PAN memang harus masuk. Kami dari awal memang sebaiknya PAN lebih baik bersama-sama. Bagi PKB, dari awal tidak pernah cari musuh. Bagi PKB, seribu teman itu terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,” kata Jazilul dalam keterangan tertulis, Kamis (26/8/2021).

Sementara itu, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menuturkan, Gerindra menyambut baik kehadiran PAN sebagai anggota koalisi partai pendukung pemerintahan.

Wakil Ketua DPR itu menuturkan, bergabungnya PAN ke koalisi merupakan hak Presiden Jokowi dan PAN sendiri.

Baca juga: Gerindra Tak Mau Beranda-andai Soal Reshuffle Setelah PAN Disebut Masuk Koalisi

"Mudah-mudahan dengan bertambahnya pasokan tenaga bagi pemerintahan ini juga bisa membantu menunjang pemerintah untuk lebih keras dalam menghadapi pandemi dan meningkatkan ekonomi nasional," kata dia.

Di sisi lain, baik PKB maupun Gerindra enggan mengomentari lebih jauh soal prediksi adanya reshuffle pasca-merapatnya PAN. Senada, Dasco dan Jazilul mengatakan, reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif presiden.

PSI

Sementara itu, Sekretaris Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni mengucapkan selamat kepada PAN setelah disebut merapat ke koalisi pemerintah. 

Namun demikian, Juli memberikan imbauan moral kepada PAN jika resmi bergabung menjadi koalisi. PAN, kata dia, tak boleh lagi bermain dua kaki dalam berpolitik. 

Baca juga: PSI Ungkit PAN yang Pernah Main Dua Kaki, Pengurus Jadi Menteri tapi Kader Tembaki Jokowi

"Salah seorang pengurusnya, misalkan menjadi menteri di kabinet Pak Jokowi. Akan tetapi langgam politiknya, personal-personal lainnya selalu nembakin Pak Jokowi," tutur dia.

Ia berharap, PAN di bawah pimpinan Ketum Zulkifli Hasan lebih konsisten untuk tidak bermain dalam dua kaki.

PKS

Ketua DPP Mardani Ali Sera mengatakan, partainya menghargai keputusan PAN jika bergabung dengan koalisi pemerintahan.

Keputusan bergabung atau tidak sebuah partai terhadap pemerintah, merupakan sepenuhnya hak partai tersebut.

"Itu haknya PAN untuk menjadi oposisi atau bergabung dengan koalisi," kata Mardani saat dihubungi, Kamis.

Baca juga: Politisi PKS: Haknya PAN untuk Jadi Oposisi atau Gabung Koalisi

Anggota Komisi II DPR itu menegaskan, jika PAN masuk dalam koalisi pun tidak akan berpengaruh pada posisi PKS yang tetap pada oposisi.

"PKS Insya Allah akan istikamah menjaga negeri dengan peran oposisi. Mengawal kebijakan pemerintah dengan kritik yang kritis dan konstruktif," ujar Mardani.

Agenda kian mulus

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, jika PAN benar-benar bergabung ke koalisi pendukung pemerintah berdampak pada kian mulusnya agenda-agenda besar pemerintah untuk terwujud.

"Yang jelas memang agenda besar pemerintah dengan adanya PAN ini akan lebih mudah terwujud," kata Hendri.

Menurut Hendri, merapatnya PAN ke koalisi erat kaitannya dengan upaya untuk mengamankan agenda yang diputuskan melalui pemungutan suara atau voting di parlemen.

Baca juga: Agenda Besar Pemerintah Diprediksi Akan Semakin Mulus Setelah PAN Merapat

Pasalnya, dengan bergabungnya PAN maka koalisi pendukung pemerintah kini menguasai 471 kursi dari 575 kursi DPR dan 711 kursi MPR.

Hendri mengatakan, indikasi itu juga terlihat karena partai-partai non-parlemen tidak hadir dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan partai pendukung pemerintah pada Rabu (25/8/2021) lalu.

"Pertanyaannya ini voting apa, apakah voting tentang amendemen Undang-Undang Dasar 1945 yang ada kaitannya dengan PPHN atau perpanjangan masa jabatan presiden, MPR, DPR dan DPD misalnya, atau apapun itu," ujar dia.

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin memprediksi, Presiden Jokowi akan mereshuffle kabinet dan memberikan satu kursi menteri untuk PAN.

Baca juga: Pengamat Prediksi Jokowi Akan Reshuffle Kabinet Usai PAN Masuk Koalisi

"Biasanya, jika berkoalisi yang dapat kompensasi. Oleh karena itu, kita lihat saja ke depan. Jika ada reshuffle, itu artinya ada akomodasi terhadap PAN. Artinya, akan ada kader PAN yang jadi menteri. Paling-paling satu menteri," kata Ujang saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Menurut Ujang jika terjadi reshuffle, PAN akan menggeser menteri dari non parpol. 

"Tak ada makan siang yang gratis. Tak ada koalisi yang tulus. Semua berbalut kepentingan dan saling dukung. Namun, jika PAN tak dapat menteri, itu mungkin sudah deal dengan Jokowi," imbuh Ujang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

KASN: ASN Terlibat Politik, Kerja Birokrasi Tak Efektif

KASN: ASN Terlibat Politik, Kerja Birokrasi Tak Efektif

Nasional
Putusan MK soal Sistem Pemilu Diduga Bocor, Mahfud MD Minta Polisi Usut

Putusan MK soal Sistem Pemilu Diduga Bocor, Mahfud MD Minta Polisi Usut

Nasional
Soal PK Moeldoko, SBY Mengaku Ditelepon Mantan Menteri, Ada yang Ingin Demokrat Gagal Pemilu

Soal PK Moeldoko, SBY Mengaku Ditelepon Mantan Menteri, Ada yang Ingin Demokrat Gagal Pemilu

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': Mayoritas Responden Nilai Presiden Harus Netral dalam Pemilu 2024

Survei Litbang "Kompas": Mayoritas Responden Nilai Presiden Harus Netral dalam Pemilu 2024

Nasional
Sowan ke Tokoh Agama Banten, Ganjar: Mereka Mendoakan, Saya Terjemahkan sebagai Dukungan

Sowan ke Tokoh Agama Banten, Ganjar: Mereka Mendoakan, Saya Terjemahkan sebagai Dukungan

Nasional
Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK dan Kegelisahan Aktivis Antikorupsi jika KPK Makin Politis

Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK dan Kegelisahan Aktivis Antikorupsi jika KPK Makin Politis

Nasional
Ganjar: Di Instagram Saya Kena 'Bully' Ratusan Ribu Kali, Cuekin Aja

Ganjar: Di Instagram Saya Kena "Bully" Ratusan Ribu Kali, Cuekin Aja

Nasional
MK Bantah soal Putusan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup yang Bocor

MK Bantah soal Putusan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup yang Bocor

Nasional
Lemahnya Pengendalian Rokok, Rawan Ketahanan Makanan Pokok

Lemahnya Pengendalian Rokok, Rawan Ketahanan Makanan Pokok

Nasional
Prima Demo di MA Hari Ini, Berharap Kasasi Tunda Pemilu Dikabulkan

Prima Demo di MA Hari Ini, Berharap Kasasi Tunda Pemilu Dikabulkan

Nasional
Megawati Resmikan Kantor Pusat Koordinasi Relawan Ganjar pada 1 Juni

Megawati Resmikan Kantor Pusat Koordinasi Relawan Ganjar pada 1 Juni

Nasional
[GELITIK NASIONAL] Gibran dalam Pusaran Manuver Prabowo

[GELITIK NASIONAL] Gibran dalam Pusaran Manuver Prabowo

Nasional
Ada Isu MK Kembalikan Sistem Proporsional Tertutup, SBY: Ingat, Bisa “Chaos” Politik

Ada Isu MK Kembalikan Sistem Proporsional Tertutup, SBY: Ingat, Bisa “Chaos” Politik

Nasional
Pertahankan Capres Pilihannya, Jokowi Dinilai Lebih Bernyali daripada SBY

Pertahankan Capres Pilihannya, Jokowi Dinilai Lebih Bernyali daripada SBY

Nasional
Tanggal 30 Mei Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Mei Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com