Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut AHY, Tiga Hal Ini Memberi Dampak Buruk pada Kualitas Demokrasi Indonesia

Kompas.com - 23/08/2021, 17:59 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menilai, bangsa Indonesia tidak perlu defensif atas laporan dari sejumlah lembaga dunia yang menyebut terjadi kemunduran demokrasi di Indonesia.

AHY mengakui, demokrasi di Indonesia perlu terus dievaluasi dan dibenahi meski telah suskes mengadakan tiga pemilihan presiden dan ratusan pemilihan kepala daerah secara langsung.

"Secara kuantitas tentu kita patut berbangga. Namun terkait kualitas rasanya kita sebagai bangsa perlu untuk terus mengevaluasi dan menbenahinya. Kita tidak perlu terlalu defensif ketika sejumlah lembaga dunia menilai bahwa telah terjadi kemunduran demokrasi, democratic regression, di Indonesia," kata AHY saat menyampaikan pidato kebangsaan dalam acara yang ditayangkan akun YouTube CSIS Indonesia, Senin (23/8/2021).

AHY berpandangan, ada tiga hal yang berdampak pada kualitas demokrasi Indonesia, yakni politik uang, politik identitas, dan politik post-truth.

Baca juga: Soal Penanganan Pandemi, AHY: Negara Tak Boleh Gagal Fokus antara Api dan Asap

Mengenai politik uang, AHY menilai, praktik-praktik politik yang tidak berbasis pada ide dan gagasan atau pada visi, misi, dan program aksi semakin berkembang dan mengemuka dewasa ini.

AHY mengatakan, demokrasi semestinya memberi ruang luas bagi masyarakat untuk memilih figur-figur terbaik sebagai pemimpin eksekutif dan wakil rakyat.

Sementara, pemilu dan pilkada semestinya menjadi ajang kontestasi intelektual, integritas, kepemimpinan, dan integritas.

"Tapi pada kenyatannya politik kita semakin disesaki oleh pragmatisme dan transaksionalisme. Artinya demi kemenangan elektoral politik uang menjadi jalan pintas tentu bagi mereka yang punya uang berlimpah," kata AHY.

Soal politik identitas, kata AHY, ada sejumlah kalangan yang menilai hal itu merupakan strategi yang paling efektif dan efisien dalam memenangi dukungan elektoral, yakni dengan menyentuh sentimen primordial atau identitas tertentu seperti agama, suku, dan etnis.

Baca juga: 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia, AHY: Hari ini Musuhnya Bukan Penjajah tetapi Covid-19

Menurut AHY, hal ini berbahaya karena dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan dan perpecahan yang harganya sangat mahal.

"Kebhinekan adalah kekuatan sebaliknya, bisa menjadi sumber perpecahan bangsa jika kita tidak merawatnya dengan baik. Jangan pula bentur-benturkan Pancasila dengan agama, semua agama mengajarkan kebaikan dan kemuliaan. Artinya nilai-nilai agama compatible dengan nilai-nilai Pancasila," ujar AHY.

Sementara, mengenai politik post-truth, AHY menyebut politik fintah dan saling membunuh karakter memang bukan sesuatu yang baru.

Namun, di era digital saat ini, politik seperti itu semakin mudah diorkestrasi secara membabi buta.

"Hoaks, black campaign, hate speech, dan berbagai format disinformasi lainnya seolah menjadi norma baru dalam kehidupan demokrasi kita, mengerikan," kata dia.

AHY menuturkan, hari ini sangat mudah bagi siapapun menjadi korban fitnah tanpa daya untuk mengklarifikasinya. Kebohongan yang berulang-ulang cepat atau lambat akan dianggap sebagai kebenaran baru.

Baca juga: Profil Bupati Bintan, Dipecat AHY dari Demokrat karena KLB, Kini Jadi Tersangka Korupsi

Ia mengatakan, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi serta penetrasi media sosial semestinya diikuti dengan kesadaran untuk menggunakannya secara lebih hati-hati dan bertanggung jawab.

"Kenyatannya justru sekarang ada profesi baru yaitu pasukan buzzer yang memang pekerjaannya adalah memproduksi dan menyebar fitnah dan kebohongan, termasuk menghabisi karakter seseorang atau suatu kelompok yang dianggap berbeda sikap dan pandangan," kata dia.

Dalam situasi tersebut, kata AHY, diperlukan kehadiran pers yang independen dan kredibel untuk menjadi referensti objektif bagi masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com