Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko PMK Ungkap Penyebab Tingginya Angka "Stunting" di Indonesia

Kompas.com - 23/08/2021, 16:04 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkap penyebab tingginya angka stunting di Indonesia.

"Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka stunting antara lain karena kurangnya asupan gizi yang sangat kronis," ujar Muhadji dalam "Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2021" bertema "Bergerak Bersama untuk Percepatan Penurunan Stunting" secara daring, Senin (23/8/2021).

Selain itu, kata Muhadjir, rendahnya cakupan akses air yang cukup serta berkualitas dan sanitasi yang rendah juga menjadi salah satu penyebab angka stunting yang tinggi.

Baca juga: Stunting, Apa Hubungannya dengan Kecerdasan Anak?

Muhadjir juga mengatakan, pendidikan orangtua juga berpengaruh terhadap stunting. Sebab, rendahnya tingkat pendidikan orangtua mengakibatkan rendahnya pemahaman mereka tentang banyak hal dalam mengasuh anak.

Disamping itu, menurut dia, stunting juga disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan, terutama ahli gizi yang bertugas memantau tumbuh kembang anak balita serta yang diperlukan untuk menopang perkembangan anak-anak tersebut.

Oleh karena itu, Muhadjir mengingatkan bahwa stunting menjadi tantangan bersama.

Apalagi, secara global Indonesia berada pada peringkat 115 dari 161 negara di dunia dengan angka stunting di kisaran 27,7 persen.

"Berdasarkan kunjungan kerja saya, para kepala daerah melaporkan, di daerahnya masih ada stunting yang sangat tinggi bahkan ada yang di atas rata-rata nasional," kata dia.

Baca juga: Mendagri Minta Pemda Serius Alokasikan Anggaran Tangani Stunting

Muhadjir mencontohkan angka stunting di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Jeneponto yang masih 41,3 persen dan Kabupaten Bantaeng 21 persen.

Kondisi yang sama pun terjadi di Sulawesi Utara yakni Kabupaten Minahasa Utara dengan angka stunting 38,6 persen, termasuk Sumatera Utara di Kabupaten Nias Selatan yang mencapai 57 persen.

"Kondisi ini jauh berbeda dengan Kabupaten Sukabumi yang sudah berada di bawah rata-rata nasional yaitu 21,9 persen tapi masih jauh dari target nasional 2024 yaitu 14 persen," ujar Muhadjir.

Menurut Muhadjir, stunting akan menentukan apakah sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan berkembang baik atau gagal.

Dengan demikian, apabila Indonesia bisa lepas dari jeratan stunting pada usia dini atau masa usia janin dan bayi, SDM-nya akan menjadi SDM yang luhur, penuh daya saing, cerdas, dan memiliki kapasitas untuk menjadi manusia produktif.

Baca juga: Wapres: Memastikan Program Sampai Sasaran Jadi Tantangan Percepatan Program Stunting

Oleh sebab itu, kata dia, penanaman di sektor hulu mutlak harus dilakukan.

"Yaitu pada masa anak-anak remaja, akan jadi calon seorang ibu, jadi calon pengantin, ibu hamil, menyusui hingga anak usia 59 bulan. Seribu awal kehidupan inilah yang akan menentukan masa depan SDM Indonesia yang produktif," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com