Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden PKS: Membangun Indonesia Bukan Sekadar Membangun Jalan Tol

Kompas.com - 20/08/2021, 17:29 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menyatakan, paradigma pembangunan di Indonesia harus diubah dari pembangunan berorientasi ekonomi menjadi pembangunan berorientasi manusia.

Syaikhu mengatakan, membangun Indonesia hendaknya tidak sebatas membangun infrastruktur seperti jalan tol, tetapi yang utama adalah membangun kualitas dan kapasistas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

"Membangun Indonesia bukan sekadar membangun jalan tol, gedung, bandara, dan pelabuhan," kata Syaikhu dalam acara pidato kebangsaan Ketua Umum Partai Politik memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Jumat (20/8/2021).

"Pembangunan tidak bisa direduksi menjadi pembangunan fisik infrastruktur semata. Justru yang paling utama adalah membangun kualitas dan kapasitas manusianya," kata Syaikhu.

Baca juga: Presiden PKS Nilai Demokrasi Mundur di Era Pemerintahan Jokowi

Syaikhu mengatakan, hal itu bukan berarti pembangunan infrastruktur tidak diperlukan, tetapi pembangunan infrastruktur dilakukan untuk menopang pembangunan SDM.

Ia meyakini, perekonomian nasional akan tumbuh lebih tinggi jika Indonesia mampu menciptakan SDM-SDM yang unggul dan berdaya saing global.

Namun, ia menilai, saat ini ada sejumlah permasalahan struktural yang menghinggapi ekonomi Indonesia, terutama soal kualitas dan kapasistas SDM di sektor kesehatan dan pendidikan.

Di sektor kesehatan, Syaikhu menyoroti tingginya angka kematian ibu dan kematian anak.

Ia juga menyebut Indonesia menghadapi masalah stunting yang menjadi ancaman bagi masa depan kualitas SDM Indonesia.

Sementara itu, dari aspek pendidikan, Syaikhu menggarisbawahi rendahnya rata-rata tahun anak-anak Indonesia yang hanya mencapai 8,4 tahun dari target 12 tahun wajib belajar.

Baca juga: Presiden PKS: Jangan Benturkan Identitas demi Kepentingan Kekuasaan

Selain itu, ia menyoroti rendahnya kualitas pendidikan anak Indonesia berdasarkan hasil uji PISA 2018 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-70 dari 78 negara.

"Permasalahan pembangunan kualitas dan kapasitas SDM inilah yang sangat penting dan krusial untuk kita tangani bersama untuk menyongsong Indonesia 2045," kata Syaikhu.

"Kalau tidak, maka generasi anak-anak kita akan menjadi lost generation, generasi yang hilang jika tidak ada intervensi yang kuat dari negara," ujar Syaikhu.

Oleh karena itu, ia mendorong agar negara melakukan terobosan dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, baik dari sisi kesehatan dan pendidikan.

Baca juga: Ahmad Syaikhu: Sikap Oposisi PKS Bukan karena Ingin Asal Beda

Ia mengingatkan, konstitusi telah mengamanatkan 20 persen APBN digunakan untuk sektor pendidikan dan 5 persen untuk sektor kesehatan.

"Artinya secara kuantitas, dana harusnya dana untuk sektor pendidikan dan kesehatan mencukupi, cuma letaknya adalah pada masalah tata kelola (governance) dan kualitas belanja (quality of spending) dari program yang dijalankan masih kurang fokus," kata Syaikhu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com