JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu mengatakan, Indonesia membutuhkan kepemimpinan nasional yang mampu membangun rasa persatuan, kebersamaan, dan persaudaraan di tengah situasi berat akibat pandemi.
Ia mengatakan, bangsa Indonesia membutuhkan kolaborasi untuk menciptakan rasa senasib-sepenanggungan agar saling membantu dan menguatkan, bukan segregasi apalagi polarisasi.
"Jangan sekali-sekali membenturkan identitas sesama anak bangsa demi meraih kepentingan kekuasaan," kata Syaikhu, dalam acara pidato kebangsaan Ketua Umum Partai Politik memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Jumat (20/8/2021).
Baca juga: Wacana Amendemen UUD 1945, PKS: Lebih Baik Bahas Roadmap Penanganan Covid-19
Syaikhu menuturkan, kepemimpinan nasional mesti berakar pada visi kebangsaan yang sama yakni satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Ia menyebutkan, di tangan pemimpin yang memiliki visi kebangsaan, Pancasila akan menjadi energi besar yang menyatukan seluruh komponen bangsa.
"Sebaliknya, di tangan pemimpin yang buta visi kebangsaan, maka Pancasila akan dijadikan alat kekuasaan untuk mengadu domba sesama anak bangsa dan digunakan untuk memberangus kelompok-kelompok yang dianggap berbeda pandangan dan mengancam hegemoni kekuasaan," kata Syaikhu.
Baca juga: Ketum PPP: Demokrasi Bukan Alat untuk Memecah Belah, Saling Mencaci bahkan Membenci
Menurut Syaikhu, saat ini ada unsur-unsur kekuasaan, yang atas nama Pancasila, menstigma kelompok lain dengan label radikal dan anti-NKRI.
Ia berpandangan, tindakan adu domba dan memecah belah bangsa tersebut tidak Pancasilais dan nasionalis.
Syaikhu menuturkan, tugas bangsa Indonesia hari ini ialah merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan memperdebatkannya.
"Oleh karena itu, mari kita akhiri klaim-klaim sepihak yang mengatakan misalnya 'saya Pancasila', 'kami pancasila'. Tindakan klaim-klaim sepihak tersebut akan melukai dan membenturkan identitas sesama anak bangasa, kita harusnya bersama-sama mengumandangkan 'kita Pancasila'," kata Syaikhu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.