JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengajak semua pihak merefleksikan peringatan Kemerdekaan Ke-76 Republik Indonesia.
Hal pertama yang perlu direfleksikan adalah mengenai kemerdekaan yang tidak tiba-tiba diraih. Ada perjuangan para pahlawan yang tak mudah untuk meraih kemerdekaan.
"Para pahlawan, para pendahulu, para founding fathers kita untuk mengupayakan kemerdekaan itu. Kita tidak datang tiba-tiba seperti hari ini, saudara-saudara. Tapi melalui perjuangan yang panjang," kata Zulkifli dalam acara pidato kebangsaan Ketua Umum PAN memperingati 50 Tahun The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Kamis (19/8/2021).
"Dengan melihat sejarah, izinkan saya mengajak kita semua untuk berefleksi sejenak, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak ditempuh dengan cara yang mudah," kata dia.
Baca juga: Survei IPO: Elektabilitas Erick Thohir dan Zulkifli Hasan Ungguli Politisi Pemasang Baliho
Ia mengingatkan semua pihak bahwa kemerdekaan Indonesia pada 76 tahun yang lalu itu diraih dengan berbagai pengorbanan para pahlawan mulai dari darah, nyawa, jiwa, hingga harta.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu mengatakan, pengorbanan itu adalah fakta yang dapat dibaca di seluruh literatur sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu, Zulhas mengungkapkan bahwa sebelum Indonesia merdeka, negeri ini dikenal dengan sebutan Nusantara.
"Pada mulanya memang belum ada imajinasi bersama apa yang disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Belum ada Indonesia sebagai komunitas yang terbayangkan pada waktu itu," ujarnya.
Baca juga: Fraksi PAN Minta Wacana Amendemen UUD 1945 Tidak Terburu-buru
Kala itu Nusantara, lanjut Zulhas, merupakan sebuah wilayah yang terdiri dari berbagai suku, budaya yang berbeda dan belum terikat oleh rasa persatuan sebagai bangsa dan Tanah Air Indonesia.
Kemudian, pada awal tahun 1900-an, mulai bertumbuh kesadaran dan keinginan untuk mempersatukan suku-suku dan latar belakang berbeda itu.
"Kesadaran berbangsa itu boleh kita katakan mulai tumbuh subur pada awal abad ke-19," tutur dia.
Pada periode itu, Zulhas bercerita bahwa mulai tumbuh organisasi masyarakat (ormas) mulai tahun 1905 yaitu perkumpulan Orang Islam bernama Jamiatul Khair, lalu Serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Serikat Islam.
Baca juga: Marak Baliho Elite Partai Politik, Juru Bicara PAN: Lebih Baik Uangnya untuk Bantu Rakyat