JAKARTA, KOMPAS.com – Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang harus dihadapi atlet akibat pandemi Covid-19.
Kepala Bidang Humas dan Media PP PBSI Broto Happy mengatakan, pandemi Covid-19 membuat banyak perubahan baik dalam kehidupan maupun proses Latihan para atlet.
"Begitu juga ketika mereka akan melakukan turnamen di luar negeri," kata Broto dalam acara HUT ke-76 Kemlu RI: Dialog Kemerdekaan Bagimu Negeri, Kamis (19/8/2021).
Broto menceritakan, pandemi Covid-19 terpaksa membuat banyak turnamen tingkat internasional dibatalkan.
Hal ini memberikan dampak psikologis tersendiri kepada para atlet, karena mereka sudah mempersiapkan duru untuk bertanding.
"Banyak turnamen internasional yang harus dibatalkan atau ditunda. Itu saya kira berdampak sekali pada sisi psikologis pemain," ucap dia.
Selain itu, para pemain tentu harus terus menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, khususnya dalam proses latihan maupun pertandingan.
Baca juga: Dari Rp 5,5 Miliar hingga Rp 100 Juta, Ini Rincian Bonus Atlet dan Pelatih Olimpiade Tokyo
Ia mencontohkan, bahkan saat makan pun mereka juga harus terus menjaga jarak.
"Kalau jaman dulu, zaman Susi (Pemenang Olimpiade 1992), makan dengan nyaman ya, 1 meja bisa berenam atau berempat. Sekarang tidak, ketika menikmati makan pun harus jaga prokes," ucap dia.
Lebih lanjut ia mencontohkan, saat turnamen Thailand Open 2021, para atlet harus menjalani kehidupan yang diawasi setiap saat.
Mereka juga harus menjalani karantina, tidak bisa pergi kemana-mana saat berada di Thailand.
"Mereka diawasi sampai ada sekitar 450 CCTV dari kamar sampai ke tempat pelatihan, pertandingan. Kehidupannya cuma sekotak itu aja, nggak bisa kemana-mana," ucapnya.
Baca juga: Bertemu Atlet Olimpiade Tokyo 2020, Jokowi Sangat Apresiasi Medali yang Diraih