Begitu banyak manfaat yang bisa didapat dari bambu laut. Untuk itu, menjaga kelestarian karang lunak ini termasuk menjadi hal penting bagi masa depan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia.
Sebagai upaya untuk melindungi bambu laut dari kepunahan, Kementerian KP sendiri telah menerbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 46/KEPMEN-KP/2014 tentang penetapan status perlindungan terbatas bambu laut (Isis spp.)
Tak hanya itu, untuk meningkatkan pelindungannya, Kementerian KP juga menerbitkan Kepmen KP Nomor 8/KEPMEN-KP/2020 tentang perlindungan penuh bambu laut (Isis spp.).
Berdasarkan Kepmen KP tersebut, koloni bambu laut umumnya berbentuk seperti pohon, memiliki cabang dengan bentuk vertikal, dan lebih menyerupai bidang datar seperti kipas. Namun, pola percabangan dapat juga tidak beraturan seperti semak.
Baca juga: KKP Siapkan Skema Klaim Kerugian Kerusakan Terumbu Karang di Raja Ampat
Warna koloni bambu laut adalah kuning cerah, kuning kehijauan atau coklat muda. Warna koloni ini dipengaruhi oleh kandungan pigmen dari Alga Uniseluler (zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan polip.
Akan tetapi, bambu laut memiliki percabangan yang cenderung ke arah kanan dengan ujung atas koloni yang melengkung seperti busur.
Tekstur koloni dari Isis hippuris ini agak kaku dan hanya sedikit bergoyang bila datang arus atau kena ombak.
Menurut Kepmen KP bambu laut juga memiliki kerangka internal yang kokoh dan terdiri dari zat gorgonin dengan dibalut lapisan koenzim sebagai tempat tumbuhnya polip atau individu hewan karang.
Baca juga: Alasan Hiu Karang Berselancar di Siang Hari Akhirnya Terkuak, Studi Jelaskan
Apabila bagian lapisan koenzim dibuka, maka terlihat kerangka axis atau kerangka dalam zat tanduk.
Kerangka tersebut mempunyai ciri khas bersegmen dan berwarna putih (internodus) serta diselingi warna coklat kehitaman atau nodus yang kelihatan seperti sendi. Adapun bagian nodus ini merupakan titik tumbuh cabang-cabang yang baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.