Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahmat Sahid
Periset dan Penulis Buku

Direktur Politik Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (Sudra). Mahasiswa Magister Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana, Jakarta. Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

Menangkap Pesan Kebhinekaan di Baliho Puan Maharani yang Jadi Polemik

Kompas.com - 18/08/2021, 06:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Fitrah kebangsaan

Semangat kebhinekaan memang selayaknya terus hidup dalam setiap jiwa anak bangsa, karena rajutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bertumpu di atasnya.

Ia tidak boleh usang dengan alasan perkembangan teknologi dan informasi. Tak boleh lekang juga dengan pengaruh revolusi industri 4.0 yang membutuhkan transformasi fundamental di segala lini pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Upaya untuk mampu bersaing dengan dunia global—dengan menyiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) serta kecanggihan piranti teknologi—tidak boleh menjadi alasan untuk mengesampingkan kebhinekaan.

Semua upaya itu tetap harus dalam satu tarikan napas. Kebhinekaan merupakan oksigen yang menjadikan Indonesia tetap kokoh hingga kini dalam bingkai Negara kesatuan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik hasil sensus penduduk 2010, ada 1.331 kelompok suku di Indonesia. Data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun mencatat setidaknya ada 652 bahasa daerah di Nusantara. 

Kebhinekaan juga merupakan suatu keniscayaan atau sunatullah, ketetapan alam yang menjadi kehendak Tuhan. Itulah prinsip kebangsaan yang oleh Bung Karno didalilkan dalam pidato di Sidang Umum ke-XV PBB pada 30 September 1960.

 

Dalam pidato yang diberi judul To Build The World A New itu, Bung Karno menyitir Al Quran surat Al-Hujarat ayat ke-13.

Terjemahan ayat itu, “Hai manusia, sesungguhnya Kami (Allah SWT) menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dengan demikian, sesungguhnya upaya-upaya untuk menggelorakan kebhinekaan dengan menempatkannya sebagai hal yang selalu relevan dalam konteks bernegara merupakan langkah tepat dalam menjaga fitrah kebangsaan.

Kebhinekaan kini

Meskipun secara umum kita tetap mensyukuri bahwa keberagaman bangsa ini di usianya yang sudah memasuki 76 tahun tetap menjunjung nilai-nilai persatuan, ada celah yang lambat laun rawan melebar dan mudah disulut. Ada situasi bagai api dalam sekam.

Sebagai gambaran, dalam konteks bermasyarakat dan bernegara, buah dari kebhinekaan adalah hidup toleran, yaitu berdampingan secara damai dan saling menghargai dalam keragaman.

Baca juga: Kepak Sayap Puan Ditunggu di 38 Derajat Lintang Utara

 

Namun, temuan riset menunjukkan ada gejala yang cukup mengkhawatirkan, yang rawan mencadi ancaman bagi kebhinekaan bangsa Indonesia dan kehidupan masyarakat yang toleran.

Misalnya, temuan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang dirilis pada Maret 2021 lalu menunjukkan bahwa 30,16 persen mahasiswa Indonesia masuk kategori rendah sikap toleransinya.

Rinciannya, mahasiswa yang sikap toleransi beragama rendah sebanyak 24,89 persen dan yang sangat rendah sikap toleransinya sebanyak 5,27 persen.

Fakta itu cukup mencengangkan karena terjadi di kalangan mahasiswa, yang merupakan pemegang masa depan bangsa, yang padanya melekat label agent of change.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com