Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Baliho Ditebar, Relawan Disebar, Apa Sebab?

Kompas.com - 16/08/2021, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMILIHAN Umum 2024 memang masih dua tahun lagi. Tapi, ada yang menarik untuk dicermati. Baliho sejumlah bakal calon presiden mulai marak menghiasi sejumlah sudut kota di hampir seluruh Jawa, bahkan di luar Jawa.

Apa sebab? Saya mencoba mengupasnya.

DJawa adalah Koentji (Jawa adalah kunci). Ini kalimat populer yang dicukil dari ucapan mendiang seniman dan wartawan senior Syu'bah Asa ketika berperan sebagai tokoh PKI Dipa Nusantara Aidit dalam film Pengkhianatan G-30-S/PKI pada tahun 1984 dan terus diputar di seluruh televisi nasional sebagai sebuah kewajiban hingga Orde Baru runtuh.

Kalimat singkat ini bukanlah tanpa makna tapi sarat arti karena kalimat ini memiliki makna sederhana bahwa untuk menguasai Indonesia harus lebih dulu menguasai Jawa!

Enam provinsi dan jaminan kemenangan

Menguasai 6 Provinsi di Pulau Jawa artinya menguasai 65 persen pemilih. Ini berarti kemenangan bagi siapa pun kandidat, bagi siapa pun partai.

Dari 6 Provinsi ini, yang terpadat adalah Jabodetabek dengan lebih dari 30 juta total jumlah penduduk.

Jadi tak usah heran kalau Jabodetabek adalah parameter politik Indonesia. Semua pergerakan politik pasti terbaca di daerah ini. Termasuk Baliho. Termasuk relawan.

Saya kupas satu persatu.

Baliho Ketua DPR Puan Maharani, misalnya, yang marak di sejumlah jalan, mengomunikasikan dua pesan: religius dan nasionalis. Di wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor baliho Puan bertulis "Jaga Imun, Jaga Iman, Insya Allah Aman, Amin".

Sementara di Tangerang dan Kabupaten Tangerang pesannya bernuansa nasionalis: "Kepak Sayap Kebhinekaan".

Pasti ada perhitungan politik kenapa dua nuansa pesan itu dibedakan pada wilayah-wilayah tertentu. Ada pertimbangan karakter pemilih di tempat itu. Ada pertimbangan kemenangan parpol di wilayah tersebut. PDI-P pasti punya pertimbangan khusus berdasarkan hasil riset internal mereka.

Tidak cuma baliho Puan yang terpampang di jalanan. Ada juga baliho Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Pemasangan baliho di banyak titik tentu menelan duit miliaran rupiah. Meski dikritik sana- sini karena dianggap tidak berempati di saat pandemi tapi toh Baliho justru semakin banyak di sana-sini.

Apa sebab?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com