“Tak masalah jika aku harus dipenjara, namun aku ingin dipenjara bersama buku, karena dengan buku aku menjadi bebas”.
Itu adalah ucapan Bung Hatta ketika dipenjara karena aktivitas politik semasa penjajahan Belanda.
Bahkan ketika diasingkan ke Boven Digoel (Papua), Bung Hatta pun membawa berpeti-peti buku sebagai teman baca di dalam pengasingan. Butuh tiga hari lamanya hanya untuk mengepak buku-buku yang akan dibawa ke Boven Digoel.
Bung Hatta memang kutu buku, sejak usia 16 tahun sudah mengoleksi buku ketika masih belajar di Prins Hendrikschool, Batavia. Bahkan, selama 11 tahun di Negeri Belanda, Bung Hatta sudah memiliki buku sekitar 8.000 judul. Hebatnya lagi, hadiah perkawinan Bung Hatta kepada Bu Rahmi, juga berbentuk pemberian sebuah buku karya Sokrates.
Ketika saya bertemu dengan Bu Meutia di rumah Bung Hatta di Jalan Diponegoro 57, saya diberi kesempatan melihat perpustakaan milik Bung Hatta yang ada di Lantai 2.
Tampak ribuan buku tertata rapi. Bahkan di situ masih ada meja kerja Bung Hatta dekat jendela, di situlah Bung Hatta membaca dan menulis.
Saking banyaknya buku ini maka Bung Hatta dibantu seorang ahli perpustakaan bernama Gustav Apituley yang membantu menata buku sesuai klasifikasinya.
Buku meliputi ilmu ekonomi, hukum, tata negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, sastra.
Bu Gemala (putri kedua Bung Hatta), tahun 2020 lalu (sebelum pandemi) melalui WhatsApp memberi tahu saya bahwa ketika ia pergi ke sebuah mal di Bintaro, Bu Gemala melihat sepasang muda yang memakai T-shirt dengan quote Bung Hatta di bagian depan. Di punggung T-shirt tertera tiruan tanda tangan Bung Hatta.
Bu Gemala senang dan bangga pada sepasang muda tersebut yang kompak memakai T-shirt bergambar Bung Hatta.
Tetapi ketika Bu Gemala memperhatikan lebih jauh tiruan tanda tangan Bung Hatta tersebut, ia kecewa berat. Tidak sesuai aslinya.
Pasalnya, tanda tangan Bung Hatta ciri khasnya adalah ada dua lengkungan di bawah garis. Tetapi pada T-shirt tersebut lengkungan tersebut tidak ada.
Di Internet pun banyak beredar tanda tangan Bung Hatta yang tidak sesuai aslinya. Bu Gemala melalui temannya berusaha agar tanda tangan asli ditampilkan di dunia maya agar generasi mendatang mewarisi sejarah yang benar.
Kini di wikipedia sudah ada tanda tangan Bung Hatta yang benar.
Bu Gemala memiliki perhatian tersendiri terhadap tanda tangan ayahnya ini. Ia masih ingat ketika ayahnya menandatangani buku kenangan miliknya pada 29 Desember 1964 saat ayahnya berusia 62 tahun.
Ia memperhatikan tarikan tanda tangan ayahnya tidak berubah, sebab orang bilang bila usia bertambah maka tanda tangan pun berubah bentuk.
Ketertarikan pada tanda tangan ayahnya ini berlanjut. Menurutnya, tanda tangan ayahnya sangat unik. Ada tiga lekukan seperti gelombang air di kiri huruf H, itu adalah kode huruf ‘’m’’ (huruf kecil) kependekan dari Mohammad.
Menurut Bu Gemala, filosofi huruf 3 ‘m’ yang meliuk seperti air ini menandakan gelombang kehidupan manusia, yaitu lahir, dewasa, dan persiapan menghadap Sang Ilahi.
Sedangkan kata “Hatta” ditutupnya dengan tarikan garis lurus tegas yang naik ke atas yang saat menuliskannya ditarik dari ujung kanan dan digoreskan dengan cepat ke bawah sehingga bertemu dengan ujung H.
Selanjutnya, di bawah Hatta ada tulisan “Hatta” dalam huruf Arab. Penonjolan kaligrafi dalam rangkaian tanda tangan ini sangat mengagumkan sebagai bentuk penghormatan kepada agama.
Gemala kagum dengan tanda tangan ayahnya ini yang bagus, ringkas, jelas, dan menonjolkan keislamannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.