Mengenai disiplin pada Bung Hatta ini, Mochtar Lubis (wartawan, almarhum) mengatakan bahwa muncul guyonan di antara para wartawan bahwa Bung Hatta adalah “manusia jam” saking tertib menghargai waktu.
Karena, siapa pun yang memiliki janji dengan Bung Hatta kemudian datang terlambat, maka Bung Hatta tidak mau menemuinya.
Selain itu Bung Hatta dikenal hemat. Bu Meutia (putri sulung) menuturkan, pada 1960-an suatu ketika ada saudara jauhnya yang mengatakan bahwa Bung Hatta pelit. Pasalnya, Bung Hatta sering menumpangkan sabun mandi yang sudah tipis ke sabun mandi baru. Hal ini menurut Meutia bukan pelit tapi kedaruratan yang terbawa semasa di pengasingan.
Selanjutnya Bu Meutia juga menuturkan keinginan Bung Hatta memiliki sepatu bermerek Bally yang tidak kesampaian hingga akhir hayatnya. Padahal Bung Hatta sudah sekian lama menabung, tetapi ketika uang tercukupi ada saudara yang membutuhkan uang tersebut.
Bu Meutia mengakui masih ada saja yang bertanya pada dirinya perihal alasan Bung Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden tahun 1956.
Dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya, Bu Meutia mengatakan bahwa berbagai kekecewaan Bung Hatta terhadap Bung Karno tidak memberikan suasana kerja yang nyaman. Dalam banyak hal Bung Hatta tidak diajak berunding oleh Bung Karno dan dilampaui begitu saja.
Tetapi itu bukan penyebab utama, permasalahan utamanya adalah prinsip yang dipegang teguh Bung Hatta, yaitu setelah DPR yang dipilih rakyat mulai bekerja dan konstituante telah tersusun, maka Bung Hatta akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Itu yang tertulis dalam surat Bung Hatta tertanggal 20 Juli 1956 kepada DPR.
Esoknya, 21 Juli 1956 Bung Hatta kembali menulis surat kepada DPR mengenai maksud pengunduran dirinya. Bung Hatta berpendapat bahwa yang memilih dirinya sebagai Wakil Presiden adalah DPR.
Dalam suratnya kepada Kabinet bahwa sejak dulu Bung Hatta merasa tidak perlu ada jabatan Wakil Presiden dalam sistem Kabinet Parlementer.
Kemudian pada 1 Desember 1956 Bung Hatta memberi tahu Bung Karno melalui surat secara resmi bahwa terhitung sejak tanggal tersebut Bung Hatta meletakkan jabatan sebagai Wakil Presiden.