Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Baliho Politisi, Makin Dikenal Publik Belum Tentu Disukai

Kompas.com - 10/08/2021, 12:22 WIB
Ardito Ramadhan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya pemasangan baliho politisi di sejumlah daerah tampaknya berpengaruh pada peningkatan popularitas di media sosial. Namun, tingginya popularitas itu justru didominasi percakapan bersentimen negatif.

Pemasangan baliho ramai dikritik oleh warganet karena ditengarai para politisi sudah mengambil ancang-ancang dalam menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sementara, masyarakat tengah berkutat dengan masalah hidup di tengah pandemi.

Warganet kerap membincangkan baliho sejumlah politisi, misalnya baliho Kepak Sayap Kebhinnekaan yang bergambar Ketua DPR sekaligus politisi PDI-P Puan Maharani.

Ada pula baliho Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

Baca juga: Analisis Drone Emprit soal Baliho: Popularitas Puan Meningkat meski Banyak Sentimen Negatif

Menurut analis media sosial, Ismail Fahmi, popularitas Puan kian meningkat akibat perbincangan mengenai baliho dalam satu bulan terakhir. Kini popularitas Puan setara dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

"Menghitung volume percakapan, artinya popularitas di media sosial. Datanya ya seperti itu. Sebelumnya kan Puan rendah, beberapa minggu terakhir didongkrak melalui percakapan baliho," kata Ismail, saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/8/2021).

Berdasarkan analisis menggunakan sistem berbasis teknologi big data, Drone Emprit, pada 8 Juli 2021 jumlah perbincangan terkait Puan Maharani di media sosial masih di bawah 2.500.

Pada awal Agustus 2021, jumlah perbincangan tentang Puan terus meningkat dan hampir menyentuh angka 5.000 pada 7 Agustus.

Menurut Ismail, tingginya popularitas Puan secara tidak langsung disebabkan oleh percakapan warganet dengan tema baliho. Namun, peningkatan popularitas tersebut lebih banyak diwarnai percakapan negatif.

"Mereka itu sama-sama menaikkan percakapan (soal) Puan. Soal popularitas iya naik, tetapi popularitasnya ini kan bisa positif, bisa negatif, netral. Kita tidak melihat itu, pokoknya populer saja," tutur dia.

Baca juga: Dikatrol Baliho, Popularitas Puan Kini Dinilai Setara Ridwan Kamil

Ismail mengatakan, tren popularitas tersebut disinyalir akan berlanjut ke tahap meningkatkan favorability atau tingkat kesukaan terhadap Puan.

Menurutnya, favorability itu berpotensi membuat netizen atau masyarakat melupakan sentimen negatif terhadap Puan Maharani.

"Nanti pelan-pelan baru diubah. Nanti mungkin Puan dikenal karena kasih bantuan, beasiswa dan sebagainya. Publik nanti lupa dengan baliho. Nah, ini strategi, selalu begitu," kata Ismail.

"Setelah populer, baru favorability, itu sentimen positif. Setelah dikenal lalu didongkrak dengan hal-hal positif yang dilakukan Puan. Akhirnya publik nanti lupa dengan hal negatif sebelumnya," tutur dia.

Gambar Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hertanto terpasang di 24 Kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan sebagai bakal calon Presiden Ri pada pemilihan 2024 mendatang.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO Gambar Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hertanto terpasang di 24 Kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan sebagai bakal calon Presiden Ri pada pemilihan 2024 mendatang.

Cibiran publik

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengamini pernyataan Ismail soal pengaruh baliho terhadap popularitas politisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com