JAKARTA, KOMPAS.com - Pilpres 2024 memang belum dimulai. Namun sejumlah politisi sudah mulai tebar pesona dengan memasang baliho bergambar wajah dirinya yang berukuran super besar dan menyesaki jalanan.
Baliho bergambar wajah para politisi itu memang tidak secara eksplisit menunjukkan untuk kepentingan pengenalan diri sebagai calon presiden atau wakil presiden di Pilpres 2024.
Kendati demikian pertandanya cukup jelas. Meski tak menyatakan langsung mereka hendak maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden, ada tulisan 2024 yang terpampang di baliho. Secara tak langsung, angka 2024 dapat diartikan sebagai Pilpres 2024.
Baca juga: Baliho Puan dan Muhaimin Bertebaran, Formappi: Masihkah DPR Memikirkan Nasib Rakyat?
Sejumlah politisi yang terlihat masif wajahnya di baliho-baliho di antaranya ialah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Ketiganya pun kerap masuk dalam survei sebagai calon presiden potensial di Pilpres 2024. Dalam survei yang dirilis LSI Denny JA pada 17 Juni, nama Airlangga dan Puan pun masuk sebagai calon presiden potensial di 2024.
Dalam survei tersebut, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memuncaki hasil survei dengan elektabilitas 23,5 persen.
Adapun Airlangga, AHY, dan Puan lebih kecil elektabilitasnya dari Prabowo. Elektabilitas Airlangga sebesar 5,3 persen, AHY 3,8 persen, dan Puan 2 persen.
Peluang mereka menjadi calon presiden atau calon wakil presiden di Pilpres 2024 pun besar. Sebabnya mereka merupakan para pimpinan partai yang memiliki privelese untuk mewakili partai mereka di gelanggang politik nasional, termasuk pemilu.
Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio pun menyebut pemasangan baliho para tokoh tersebut adalah upaya partai politik mengenalkan calonnya ke masyarakat.
Baca juga: Pengamat Nilai Baliho Jadi Strategi Awal Dukung Puan Maupun PDI-P di Pilpres 2024
Ia menilai pemasangan baliho terbukti paling efektif untuk memperkenalkan para politisi ke masyarakat.
"Pemasangan baliho ini memang paling efektif untuk mengenalkan calon. Itu kalau kata hasil survei KedaiKOPI. Untuk mengenalkan tokoh, salah satu yang bisa dijadikan media paling efektif itu ya memang baliho," ujar Hendri.
Meski efektif meningkatkan popularitas atau keterkenalan calon, Hendri menyoroti kekurangan dari strategi pemasangan baliho yang tak berpengaruh terhadap elektabilitas.
"Nah kalau untuk keterpilihan atau elektabilitas sih nggak ya, itu masih jauh (dari efektif). Tapi kalau meningkatkan popularitas ya iya, masih memungkinkan," kata dia.
Kendati begitu, hendri menyayangkan para politisi yang semestinya memahami apa yang harus mereka lakukan di tengah pandemi Covid-19.
Baca juga: Analisis Drone Emprit soal Baliho: Popularitas Puan Meningkat meski Banyak Sentimen Negatif
Pasalnya kontestasi Pilpres 2024 masih terbilang cukup lama sehingga pemasangan baliho-baliho bergambar wajah politisi itu ia nilai terlalu dini. Ia menyatakan sebaiknya para politisi itu lebih banyak berbuat dalam penanganan Covid-19.
"Ya walaupun adalah momen saat ini yang mereka bisa pasang karena masyarakat sedang berpikir, bersiap-siap dan mencari tahu siapa yang akan menggantikan Pak Jokowi, tapi tetap saja menurut saya timing-nya kurang pas," ujar Hendri.
"Menurut saya, empati dan solidaritas kemanusiaan itu para petinggi parpol itu enggak perlu diajari lah ya, masa kita rakyat terus-terusan ngajarin tentang untuk lebih empati terhadap kondisi," kata Hendri saat dihubungi, Kamis (5/8/2021).
"Masa kita rakyat mesti terus-terusan ngajarin tentang solidaritas kemanusiaan, saya rasa enggak perlu lah. Harusnya para petinggi itu mengerti dan paham harus berbuat apa pada masa pandemi seperti sekarang," ujar Hendri melanjutkan.
Hal senada disampaikan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno.
Ia mengatakan, maraknya pemasangan baliho politisi justru menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat.
Baca juga: Marak Baliho Politisi, Pengamat: Alih-alih Mendapat Simpati, yang Ada Malah Cibiran
Menurut Adi, hal itu disebabkan pemasangan baliho tidak diikuti dengan kebijakan dan kerja nyata membantu masyarakat yang sedang kesulitan akibat kondisi pandemi Covid-19.
"Alih-alih mendapatkan simpati dan dukungan publik, yang ada malah cibiran kan? Coba dicek, sejak munculnya baliho-baliho di pinggir jalan, orang bukannya respek, yang ada ya bully-an, kritik keras," kata Adi.
Sebabnya pemasangan baliho tidak diikuti dengan kebijakan dan kerja nyata membantu masyarakat yang sedang kesulitan akibat kondisi pandemi Covid-19.
"Alih-alih mendapatkan simpati dan dukungan publik, yang ada malah cibiran kan? Coba dicek, sejak munculnya baliho-baliho di pinggir jalan, orang bukannya respek, yang ada ya bully-an, kritik keras," kata Adi
Adi mengatakan, para politisi itu justru mendapat tanggapan negatif dari masyarakat, karena publik tidak melihat kerja mereka dalam membantu masyarakat, terutama yang terdampak pandemi.
"Dikenal publik tidak otomatis publik ini suka dan simpatik, itu yang saya bilang makanya baliho itu harus menjadi barang hidup, diterjemahkan dengan program-program nyata," ujarnya.
Baca juga: Marak Baliho Elite Partai Politik, Juru Bicara PAN: Lebih Baik Uangnya untuk Bantu Rakyat
Adi mengatakan, banyak hal yang bisa dilakukan para elite partai untuk merebut hati rakyat, misalnya dengan melobi fraksi-fraksi di DPR agar anggota dewan memotong gaji dan mendonasikan kepada masyarakat.
Selain itu, mereka juga bisa menginstruksikan pengurus partai dari tingkat pusat hingga daerah untuk memberikan solusi kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat.
"Kalau itu yang dilakukan, salah satunya ya, maka baliho-baliho itu bukan hanya di pinggir jalan. Publik, rakyat, akan berebut baliho itu untuk ditaruh di rumah mereka masing-masing karena dianggap sebagai dewa penolong," ujar Adi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.