smail mengatakan bahwa nyatanya, popularitas saja tidak cukup bagi Puan untuk meraih suara dari masyarakat.
Oleh karena itu, dia memprediksi bahwa setelah ini tim sukses bakal menggenjot Puan Maharani melalui pemberitaan-pemberitaan yang positif terkait hal-hal yang dilakukan putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri itu.
"Jadi memang, harapannya ya dikenal dulu. Kalau baliho itu, materi saja. Jadi bahan. Jadi kontroversi. Nah, tapi nantinya Puan jadi dikenal. Baru setelah itu, pelan-pelan baru diubah. Nanti mungkin Puan dikenal karena ngasih bantuan, beasiswa dan sebagainya," papar dia.
Ismail menuturkan, langkah-langkah tersebut dikenal dengan nama meningkatkan favorability atau favorabilitas Puan di masyarakat.
Baca juga: Makna Kepak Sayap Kebhinekaan di Baliho Bergambar Puan Menurut Politikus PDI-P
Menurut dia, favorabilitas ini bertujuan melupakan hal-hal negatif yang sebelumnya ada, dengan cara meningkatkan hal-hal positif.
"Rumusnya, jumlah percakapan positif dikurangi jumlah percakapan negatif. Itu favorability. Jadi nanti kan imbang, kalau imbang ya 0 favorability-nya. Nah, kalau semakin lama diberi positif, artinya favorabilitasnya nanti jadi naik," tutur Ismail.
Menurut Ismail, selain baliho, strategi tim Puan Maharani untuk menggenjot nama juga dilakukan melalui pemberitaan media online.
Ia mengatakan, hal ini dilihat dari tim tersebut akan terus mengirimkan rilis atau komentar Puan Maharani mengenai suatu isu. Hal ini otomatis bakal mendongrak nama Puan.
Adapun publik tengah menyoroti baliho bergambarkan sejumlah politisi atau tokoh partai di antaranya Puan Maharani, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Baca juga: Politikus PDI-P Sebut Pemasangan Baliho Puan Tak untuk Pilpres 2024, Murni Spontanitas Kader
Namun, publik lebih banyak menyoroti terkait baliho Puan Maharani. Baliho itu terpampang foto Puan Maharani dengan bertuliskan di bawahnya "Kepak Sayap Kebhinekaan".
Baliho tersebut dikritik publik soal urgensi pemasangan karena didirikan atau dipasang di saat masyarakat tengah kesulitan akibat pandemi.
Rakyat menilai, tokoh-tokoh itu tak sensitif dengan penderitaan rakyat di tengah pandemi dan hanya mementingkan soal politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.