Terlepas apakah warna tersebut dimaksudkan untuk memeriahkan semangat proklamasi atau isu keterkaitan dengan warna identitas partai politik tertentu, yang jelas himbauan Presiden Joko Widodo yang mengajak kita semua untuk mengedepankan sense of crisis harusnya tidak menjadi jargon kosong tanpa makna.
Andai pandemi telah berlalu dan kondisi keuangan negara sudah memungkinkan, gonta-ganti warna pesawat sesuai dengan kebutuhan tentu tidak perlu dipusingkan lagi.
Jika di ranah pemerintah pusat saja sudah kebal dengan imbauan sense of crisis, yang harus dikhawatirkan adalah sikap pemerintah daerah yang bisa lebih “ugal-ugalan” dalam penggunaan anggaran milik rakyat.
Masih soal pakaian, kali ini “pakaian” untuk muka atau masker di anggaran pemerintah Provinsi DKI.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kebocoran anggaran berupa pemborosan yang dilakukan Pemrov DKI dalam hal pengadaan masker N95.
Pengadaan pertama setiap piece masker berharga Rp 70 ribu, tetapi di pengadaan kedua untuk barang yang sama di patok Rp 60 ribu.
Sementara di pengadaan ketiga, tetap dibanderol Rp 60 ribu dan anehnya di pengadaan keempat tiba-tiba melonjak di harga Rp 90 ribu untuk jenis masker yang sama.
Pemda DKI juga memesan pula barang yang sama dari penyedia yang lain dengan harga yang lebih “ambyar” Rp 195 ribu per pieces.
Ada potensi kerugian negara di pengadaan masker senilai Rp 5.850.000.
Praktik serupa juga ditemui dalam pengadaan alat rapid antigen, dengan nilai kerugian Rp 1.190.908.000.
Total kumulatif potensi kerugian dari pengadaan ke dua barang ini saja sudah menyentuh angka Rp 7,04 miliar (Kompas.com, 6 Agustus 2021). Melebihi tiga kali lipat biaya pengecatan pesawat kepridenan!
Baca juga: Fakta Pemborosan Rp 7 Miliar Anggaran untuk Pengadaan Masker dan Alat Rapid Test oleh Pemprov DKI
Beberapa hari yang lalu, saya dan teman-teman mantan pekerja pers melepas kepergian rekan saat di Liputan 6 SCTV dulu yang wafat karena Covid.
Perasaan sedih yang membuncah karena harus kehilangan sosok Hasan Sentot, Tunggul Panindriya dan Indi K Noorsy tanpa sempat mengantarkan ke liang lahat.
Hasan Sentot wafat di Banyuwangi dan dimakamkan di Banyuwangi pula. Tunggul dan Indi dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Khusus Covid di Rorotan, Jakarta Utara.
Dari penuturan beberapa teman, lokasi kubur Tunggul dan Indi sangat jauh ke dalam dari pintu masuk. Hal ini menandakan hampir setiap hari banyak jenazah yang harus dimakamkan di Rorotan.