Jika belajar ke Peru masih tidak cukup, ada baiknya menelisik kisah keseharian Mahmoud Ahmadinejad. Ketika masih menjabat Presiden Iran, Ahmadinejad tidak segan mengudap bekal makanan yang telah disiapkan istrinya.
Jasnya yang telah usang dan robek tidak mau dikenakan Ahmadinejad saat kunjungan ke daerah atau memimpin rapat kabinet. Kendaraan yang digunakan pun, sangat sederhana untuk ukuran presiden (Kompas.com, 2 November 2018).
Jika di Kota Tangerang anggota dewannya masih sibuk dengan urusan pakaian, di Lembata, Nusa Tenggara Timur malah Pelaksana Harian Bupati Thomas Ola Langoday menolak honor bulanan sebesar Rp 408 juta.
Dengan melihat rincian honor fantastis yang sangat tidak wajar dan terkesan memboroskan anggaran daerah ini, mungkin rakyat Lembata diminta membayangkan tugas bupati yang sangat berat baik fisik dan psikis memikirkan kemajuan rakyat selama 24 jam penuh.
Uniknya, setiap kegiatan pemerintahan yang dilakukan bupati dibanderol honor yang “gila-gilan”. Misalnya honor ketua Satgas Covid Rp 30 juta, honor ketua Forkompinda Rp 60 juta, honor pengarah dan penanggungjawab tim intensifikasi ekstensifikasi pendapatan asli daerah Rp 60 juta, dan sewa rumah Rp 28 juta per bulan (Kompas.com, 5 Agustus 2021).
Padahal angka kemiskinan di Lembata masih tergolong tinggi. Tahun 2018 saja menurut data Badan Pusat Statistik masih ada 31 ribu warga miskin dari total penduduk Lembata yang berjumlah 139 ribu atau 28 persen.
Buruknya variabel kemiskinan dan kesehatan menekan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lembata.
Hingga 2018, IPM Lembata di angka 63,08 persen sementara untuk nasional di patok di angka 71 persen (Mediaindonesia.com, 20 Februari 2020).
Pelaksana Harian Bupati Lembata ini bisa jadi terinspirasi oleh Jose Mujica, presiden “termiskin” di dunia dari Uruguay.
Selama menjabat sebagai orang nomor satu di Uruguay, Mujica hanya mau mengambil 10 persen dari gajinya yang relatif rendah sebesar Rp 174,2 juta.
Sisanya habis dibagi-bagikan untuk warga miskin. Mujica menolak tinggal di istana kepresidenan dan meminta pengawalan minimal dari pasukan pengaman presiden (Paspampres).
Dia merasa cukup ditemani istri dan seekor anjingnya yang berkaki tiga yang diberi nama Manuela (Kompas.com, 2 April 2021).
Jika berbicara di tataran yang lebih high level, tentu penggantian warna pesawat kepresidenan dengan cat yang baru juga tindakan yang tidak urgent di masa pandemi ini.
Jika alasan penggantian sudah direncanakan lama dan sudah tersedia anggarannya, akan lebih bijak jika di masa pandemi ini semua pengggunaan anggaran di refocusing untuk penanganan pandemi.
Dua miliar rupiah untuk ongkos penggantian kelir pesawat kperesidenan bagi pejabat mungkin angka itu dianggap “kecil” tetapi jika digunakan untuk obat-obatan dan vitamin bagi para penggali kubur atau insentif para tenaga kesshatan, tentu lebih mengena.