Pakaianmu menyembunyikan sebagian besar kecantikanmu, namun ia tidak menyembunyikan ketakelokanmu. Dan meskipun engkau di dalam pakaian itu mencari kebebasan diri,di dalamnya engkau mungkin menemukan baju zirah dan rantai besi. Semestinya engkau bisa menyentuh matahari dan angin lebih banyak dengan kulitmu, alih-alih melalui pakaianmu. Karena nafas kehidupan ada pada gelimantang matahari dan tangan kehidupan ada dalam angin.
(“Perihal Pakaian” – Kahlil Gibran).
DARI sebuah pakaian, kita bisa belajar mengenai arti sebuah kesederhanaan. Dari pakaian pulahlah, kita bisa memaknai sebuah solidaritas dan arti kehidupan.
Entah karena mereka kekurangan pakaian atau merasa perlu tampil elegan dan memesona di hadapan rakyat yang tengah kesulitan menghadapi pandemi Covid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Banten mendapat pagu anggaran Rp 675 juta untuk pengadaan pakaian dinas.
Hebatnya lagi, biaya tersebut belum termasuk ongkos jahit. Rencananya, kelima puluh anggota Dewan yang terhormat ini masing-masing akan mendapat lima stel pakaian (Kompas.com, 5 Agustus 2021).
Baca juga: Anggaran Baju DPRD Kota Tangerang Capai Rp 675 Juta, Anggota Dewan: Kami Cuma Terima
Mungkin kurang “gaul” atau kurang “piknik” para anggota DPRD Kota Tangerang ini sehingga bisa meloloskan anggaran pengadaan pakaian dinas di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang fantastis di tengah kesusahan yang melanda negeri, termasuk Kota Tangerang.
Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang per 8Agustus 2021, masih mencatat 1.029 orang masih dirawat, dan 404 jiwa telah wafat sejak pandemi Covid terjadi.
Kontribusi Kota Tangerang terhadap angka kematian Covid bagi Provinsi Banten sangat signifikan. Untuk data di tanggal yang sama, tercatat sudah 1.625 warga Banten yang wafat (Covid19.tangerangkota.go.id, 8 Agustus 2021).
Alih-alih beli baju, sebagian besar warga Kota Tangerang di saat pandemi ini pasti mengencangkan ikat pinggang – walau sudah terikat kencang – agar bisa tetap bertahan di tengah semakin terpuruknya kehidupan perekonomian di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kota Tangerang masih dikategorikan masuk dalam PPKM level 4, artinya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR), angka transmisi penyebaran Covid dan kekuatan daya dukung fasilitas kesehatan masih dalam posisi “SOS”
Ada baiknya jika soal pakaian, anggota DPRD Kota Tangerang belajar ke Peru. Belajar ke Peru bukan berarti harus studi banding ke negara di Amerika Selatan ini – karena bisa dipastikan hasil studi banding selama ini yang dilakukan anggota Dewan tidak berdampak kepada kehidupan rakyat kecil.
Presiden Peru Pedro Castillo yang baru saja memenangkan pemilihan presiden hingga perlu kepastian kemenangan setelah rampung dua putaran harus repot meminta istrinya yang guru di pedesaan untuk menjahitkan pakaian baru guna pelantikan.
Pakaian yang dijahit oleh tailor kelas “kampung” di Chugur di pedalaman Andes, tentu dibayar pribadi oleh Castillo yang selalu mengkampanyekan “tidak ada orang miskin di negara kaya”.
Sebagai presiden baru di masa pandemi, Castillo sadar banyak rakyat Peru yang tertimpa kesulitan hidup sehingga dia harus menjadi panutan.
Jelang kepindahan ke Lima, Ibukota Peru, Keluarga Castillo masih direpotkan apakah diperbolehkan menyewa rumah sederhana dan diperbolehkan tidak menetap di istana kepresidenan Peru (Kompas.com, 29 Juli 2021).
Baca juga: Potret Hidup Sederhana Presiden Baru Peru: Rumah di Kampung Miskin, Istrinya Guru Desa