JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, kapasitas pengetesan atau testing Covid-19 di Indonesia selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih rendah.
Menurut Dicky, hal itu tercermin dari tingginya angka positivity rate yang belum mencapai target, yakni di bawah 10 persen.
"Selama PPKM ini kita belum bisa mencapai tes positivity rate yang di bawah 10 persen seperti yang ditargetkan, dan itu tentu amat sangat disayangkan. Karena apa, karena yang ditargetkan kapasitas testing-nya pun tidak terpenuhi, selama hampir lebih sebulan belakangan ini," kata Dicky dalam acara diskusi yang ditayangkan akun YouTube Iluni UI, Sabtu (7/8/2021).
Baca juga: UPDATE: 237.556 Spesimen Covid-19 Diperiksa dalam Sehari, Positivity Rate Versi PCR 42,93 Persen
Padahal, kata Dicky, testing Covid-19 sangat penting dilakukan untuk memetakan sejumlah indikator seperti positivity rate; kualitas testing, tracing, dan treatment; serta laju penyebaran Covid-19.
Berdasarkan perhitungannya, ia memprediksi setidaknya ada 1 juta kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi selama masa masa PPKM.
"Ada potensi banyak sekali kasus, bahkan kalau dari sini saja kita bisa lihat ada potensi satu juta kasus infeksi yang tidak terdeteksi selama masa PPKM," ujar Dicky.
Dicky melanjutkan, banyaknya kasus infeksi Covid-19 di masyarakat yang tidak terdeteksi dapat berdampak pada semakin bertambahnya kasus-kasus baru karena mereka yang terinfeksi tidak diisolasi atau dikarantina.
"Artinya tidak bisa kita isolasi karantina, itu yang menyebabkan tingkat pertumbuhan eksponensial dari Covid ini makin sulit untuk kita putuskan," ujar Dicky.
Baca juga: Pimpinan Komisi IX DPR Nilai Pemda Belum Seirama dengan Pemerintah Pusat soal Penanganan Covid-19
Oleh sebab itu, Dicky mengingatkan pemerintah akan pentingnya keterbukaan soal data dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19.
"Keberhasilan pengendalian pandemi itu dimulai dari keterbukaan, keterbukaan dari awal, keterbukaan dalam hal terutama data dan juga kejelasan informasi dan juga strategi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.