Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Makna dan Pesan dari Maraknya Baliho Puan Maharani...

Kompas.com - 30/07/2021, 18:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

Makna bagi masyarakat

Masyarakat tentu memiliki pemaknaan terhadap iklan politik atau baliho Puan Maharani berdasarkan pengalaman masa lampau. Pengalaman masa lampau kemudian yang mengkonstruksi pemaknaan masyarakat terhadap iklan.

Sejatinya, agar pesan verbal maupun visual mampu menarik perhatian calon konsumen dan pembeli (dalam iklan politik konsumen atau pembeli adalah masyarakat), maka iklan harus menawarkan eksklusivisme, keistimewaan dan kekhususan yang kemudian dapat memberikan akibat berupa totemisme, pertunjukan pada suatu benda atau merek untuk menemukan jati diri produk barang atau jasa yang akan diperdagangkan. Dengan demikian, iklan harus melekat dalam ingatan publik (Tinarbuko, 2009).

Menurut sebagian masyarakat, baliho Puan Maharani tidak lebih hanya sebatas iklan. Publik memaknai iklan tersebut hanyalah sebatas janji belaka.

Baca juga: Luhut: Elite Politik Jangan Pelintir Berita soal Penanganan Covid-19

Hal ini mereka maknai karena kecenderungan umum para elite politik hanya datang dan memberikan janji dalam menjelang momentum pemilihan serta kepentingan politik.

Realitas itu terus berulang dan mereka alami. Nyaris, bagi masyarakat khususnya kelompok perempuan belum merasakan signifikan dalam memperjuangkan dan mengarusutamakan kepentingan perempuan.

Meskipun iklan politik didesain dengan begitu istimewa, baik dan indah, tetapi keberadaannya tidak tertata dengan baik, sehingga merusak tatanan ruang sosial dan tertib ruang publik.

Iklan membayangkan dunia kemewahan yang serba berkilau dan bercahaya neon serta dunia janji akan kemewahan yang berlimpah, masyarakat pemilih memaknainya sebagai dunia janji akan kemewahan (Arisyeni, 2013).

Jauh di mata, dekat di baliho merupakan cara komunikasi yang kurang efektif. Tidak membuka dan memberikan ruang dialog kepada masyarakat melalui komunikasi. Padahal jalan dialog ini sangat baik apalagi mendengarkan keluh kesah rakyat.

Bukan melalui benda mati yang memperlihatkan narsisme. Bagi pemimpin, dalam level mana pun, mendengarkan adalah keterampilan yang lebih penting dari berbicara dan memasang iklan politik.

Rakyat butuh bukti, tidak hanya sekadar janji manis. Saat ini, mendengarkan masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Inovasi dan kreatifitas sangat diperlukan. Komunikasi politik menjadi kunci memenangkan pemilihan.

Cara komunikasi politik serta menjadi kominikator yang baik yang akan punya peluang besar dalam pemilihan dan meraih simpati publik, bukan dengan cara klasik yang tidak memiliki nilai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com