Masyarakat tentu memiliki pemaknaan terhadap iklan politik atau baliho Puan Maharani berdasarkan pengalaman masa lampau. Pengalaman masa lampau kemudian yang mengkonstruksi pemaknaan masyarakat terhadap iklan.
Sejatinya, agar pesan verbal maupun visual mampu menarik perhatian calon konsumen dan pembeli (dalam iklan politik konsumen atau pembeli adalah masyarakat), maka iklan harus menawarkan eksklusivisme, keistimewaan dan kekhususan yang kemudian dapat memberikan akibat berupa totemisme, pertunjukan pada suatu benda atau merek untuk menemukan jati diri produk barang atau jasa yang akan diperdagangkan. Dengan demikian, iklan harus melekat dalam ingatan publik (Tinarbuko, 2009).
Menurut sebagian masyarakat, baliho Puan Maharani tidak lebih hanya sebatas iklan. Publik memaknai iklan tersebut hanyalah sebatas janji belaka.
Baca juga: Luhut: Elite Politik Jangan Pelintir Berita soal Penanganan Covid-19
Hal ini mereka maknai karena kecenderungan umum para elite politik hanya datang dan memberikan janji dalam menjelang momentum pemilihan serta kepentingan politik.
Realitas itu terus berulang dan mereka alami. Nyaris, bagi masyarakat khususnya kelompok perempuan belum merasakan signifikan dalam memperjuangkan dan mengarusutamakan kepentingan perempuan.
Meskipun iklan politik didesain dengan begitu istimewa, baik dan indah, tetapi keberadaannya tidak tertata dengan baik, sehingga merusak tatanan ruang sosial dan tertib ruang publik.
Iklan membayangkan dunia kemewahan yang serba berkilau dan bercahaya neon serta dunia janji akan kemewahan yang berlimpah, masyarakat pemilih memaknainya sebagai dunia janji akan kemewahan (Arisyeni, 2013).
Jauh di mata, dekat di baliho merupakan cara komunikasi yang kurang efektif. Tidak membuka dan memberikan ruang dialog kepada masyarakat melalui komunikasi. Padahal jalan dialog ini sangat baik apalagi mendengarkan keluh kesah rakyat.
Bukan melalui benda mati yang memperlihatkan narsisme. Bagi pemimpin, dalam level mana pun, mendengarkan adalah keterampilan yang lebih penting dari berbicara dan memasang iklan politik.
Rakyat butuh bukti, tidak hanya sekadar janji manis. Saat ini, mendengarkan masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Inovasi dan kreatifitas sangat diperlukan. Komunikasi politik menjadi kunci memenangkan pemilihan.
Cara komunikasi politik serta menjadi kominikator yang baik yang akan punya peluang besar dalam pemilihan dan meraih simpati publik, bukan dengan cara klasik yang tidak memiliki nilai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.